Serial Cetak dan Elektronik: Sumber Daya Informasi yang Akan Terus Berdampingan

Jakarta - Perpustakaan saat ini dihadapkan dengan berbagai sumber informasi yang berbeda untuk penggunaan format. Salah satu jenis bahan perpustakaan yang tersedia dalam berbagai format adalah serial. Terlepas dari format tersebut, serial merupakan salah satu sumber utama informasi untuk masyarakat di mana topik yang dibahas dalam serial biasanya mengenai isu terbaru atau yang paling mutakhir.Terdapat dua bentuk dari serial, yaitu cetak dan elektronik. Di masa sekarang ini, dapat terlihat penurunan pada penerbitan serial cetak dan peningkatan yang stabil pada penerbitan serial elektronik. Hal ini dikarenakan peran serial elektronik telah berkembang dengan cepat. Namun, sebenarnya serial cetak dan elektronik akan terus berdampingan. Buku Developing Library and Information Center Collection 5th Edition yang ditulis oleh G. Edward Evans dan Margaret Zarnosky Saponaro menuangkan beberapa pemikiran Evans tentang pengembangan koleksi, termasuk untuk koleksi serial cetak dan elektronik. Dalam buku tersebut, Evans dan Saponaro sudah memasukkan berbagai format bahan perpustakaan sesuai dengan perkembangan format penyajian sumber informasi dan perkembangan teknologi informasi.Dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai dua bentuk serial, yaitu cetak dan elektronik. Dalam bukunya, Evans (2005) menyebutkan seleksi serial berfokus pada tiga isu dasar, yaitu judul yang ada di koleksi, judul lain yang tidak ada di koleksi, dan judul yang baru diterbitkan. Serial elektronik memiliki unsur tambahan yang memerlukan pertimbangan dari kelompok judul, bukan pendekatan judul dengan judul. Pertimbangan lainnya yang juga penting dalam seleksi serial adalah bagaimana pemustaka mendapatkan akses ke informasi. Untuk itu pengemasan serial elektronik lebih rumit dan memerlukan lebih banyak sumber daya manusia.Ada tiga versi mengenai serial elektronik, yaitu versi dari judul baru, versi dari judul yang di konversi dari versi cetak, dan versi yang tersedia baik dalam media cetak maupun elektronik. Serial elektronik untuk format digital terdiri dari jurnal elektronik, jurnal online, jurnal digital, dan sumber daya yang masuk ke dalam semua versi elektronik. Kehadiran publikasi jurnal dalam bentuk elektronik online melalui internet menawarkan banyak kemudahan dan keuntungan, meskipun di sisi lain juga terdapat beberapa kesulitan atau kendala yang mungkin akan ditemukan di lapangan. Namun demikian, internet menawarkan biaya reproduksi dan diseminasi yang jauh lebih rendah daripada biaya percetakan. Selain itu latar belakang yang memunculkan jurnal elektronik adalah mahalnya percetakan jurnal, kemajuan teknologi komputer, dan meluasnya teknologi jaringan world wide web (www). Faktor ini yang mendorong jurnal dari cetak beralih ke elektronik. Melalui internet, pemustaka dapat mengakses artikel-artikel jurnal secara full-text atau abstraknya saja. Untuk pemustaka yang mengakses database dari jarak jauh, kemudahannya adalah pemustaka tidak perlu datang ke perpustakaan. Dengan demikian, jurnal dalam format elektronik online memungkinkan dapat diakses tanpa batas ruang dan waktu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa database online memiliki dampak pada penggunaan perpustakaan terutama database yang dapat diakses melalui internet, di antaranya menunjukkan ketergantungan yang meningkat pada database online dan sumber daya elektronik, terutama ketika produk yang dimiliki oleh perpustakaan disediakan tanpa biaya. Selain itu pemustaka dapat mencetak artikel yang diambil secara online tanpa biaya pula, sedangkan pemustaka harus mengeluarkan biaya fotokopi artikel dari jurnal tercetak.Serial dapat berubah sewaktu-waktu, misalnya terjadi perubahan judul pada serial. Dari sudut pandang pengembangan koleksi, perubahan judul harus bisa diterima karena sangat mungkin terjadi perubahan yang signifikan dalam konten serial tersebut. Dengan begitu, selektor harus meninjau perubahan konten untuk menentukan apakah item tersebut masih sesuai untuk menjadi koleksi perpustakaan. Pemeriksaan secara berkala dari penerimaan serial oleh selektor merupakan metode yang baik untuk memeriksa perubahan yang terjadi.Dari segi penyimpanan, serial cetak memerlukan ruang penyimpanan yang besar. Untuk mengakses serial cetak biasanya memerlukan layanan pengindeksan dan abstrak yang ada pada serial tersebut. Sedangkan serial elektronik membutuhkan sumber daya untuk mengaksesnya, yang berarti perpustakaan harus menyediakan fasilitas dalam komputasi dan penyediaan sumber daya untuk pemustaka. Serial berlangganan (biasanya untuk serial elektronik) memerlukan pembaruan, tetapi sebagian besar vendor membuat proses perpanjangan secara otomatis sehingga staf pengembangan koleksi tidak perlu melakukan tindakan perpanjangan.Kriteria seleksi untuk pembelian secara online judul jurnal termasuk keunggulan jurnal dan penggunaan yang tinggi dari jurnal cetak, dalam hal ini bisa menjelaskan beberapa perbedaan dalam penggunaan antara keduanya. Penurunan penggunaan koleksi cetak disebabkan karena pemustaka lebih memilih untuk mengakses judul jurnal online. Pemustaka lebih suka mengakses database online dari jarak jauh. Penurunan penggunaan judul yang tersedia hanya pada versi cetak menunjukkan bahwa perpustakaan harus mengetahui kebutuhan pemustaka untuk mengevaluasi jurnal dan artikel yang berkualitas informasinya. Evaluasi ini dapat mendorong pemustaka untuk memilih artikel yang didasarkan pada kualitas, bukan dari kenyamanan. Selain itu, perpustakaan perlu untuk mempromosikan ketersediaan judul cetak, karena pemustaka mungkin berasumsi bahwa semua jurnal cetak yang dimiliki oleh perpustakaan juga tersedia secara online.Jurnal elektronik atau e-journal adalah jurnal yang segala aspeknya, mulai dari penyiapan, review, penerbitan, dan penyebaran, dilakukan secara elektronik. Isi antara jurnal cetak dengan jurnal elektronik pada esensinya adalah sama, hanya berbeda format penyajiannya. Baik jurnal elektronik maupun jurnal tercetak merupakan jurnal dalam cakupan terbitan berseri. Perbedaannya terletak pada media aksesnya. Jurnal cetak dalam bentuk tercetak berbahan baku kertas dan dibaca langsung, sedangkan jurnal elektronik berupa jurnal dalam bentuk digital dan untuk membacanya diperlukan akses internet terlebih dahulu. Perbedaan lainnya dari media pelayanan, antara jurnal dari bahan tercetak dan jurnal elektronik adalah dalam bentuk media penyimpanannya.Artikel jurnal ilmiah elektronik ada yang dapat diakses secara gratis oleh siapa saja tanpa melalui registrasi (login). Dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi terdapat beberapa jurnal elektronik yang dapat diunduh secara gratis dan pencariannya pun sangat cepat. Salah satu di antaranya adalah Information Research, LIBRES: Library and Information Science Research, Electronic Journal of Information Technology In Construction, Journal of the American Society for Information Science and Technology, Electronic Journal of Knowledge Management, Journal of Librarianship and Information Science. Akan tetapi tidak semua jurnal elektronik dapat diakses begitu saja meskipun informasi tentang isi artikel tersebut dipublikasi secara online, namun pada saat pengguna ingin mengunduh terdapat perintah harus mendaftar dengan mengisi formulir yang disediakan oleh pengelola jurnal dan pengakses tidak dapat secara langsung mendapatkan artikel tersebut karena harus menunggu jawaban (replay) dari pengelola jurnal dan belum tentu registrasi pengguna tersebut dinyatakan berhasil. Di samping itu tidak sedikit artikel jurnal elektronik yang diperjualbelikan (harus berlangganan) terutama jurnal yang dinilai bermutu dan mempunyai nilai bisnis yang tinggi oleh pengelola jurnal yang bersangkutan. Pemburu informasi yang memasuki zona ini terlebih dahulu harus login dengan memasukkan ID account dan password. Setelah itu pengguna diperkenankan mengakses sejumlah artikel dari puluhan bahkan raturan judul artikel yang tergabung dalam database tersebut. Database jurnal elektronik online seperti ini biasanya dipegang oleh suatu perusahan besar luar negeri, sedangkan di Indonesia hanya sebagai penjembatan. Di antara nama pemegang database jurnal elektronik online adalah ProQuest, EBSCO, Sciencedirect, American Chemical Society, American Physical Society, American Journal On-line, Oxford Journal, dan lain sebagainya.Penerbit komersial dalam waktu yang singkat melihat keniscayaan distribusi digital serta potensi moneter dan berinvestasi dalam mengembangkan platform untuk mendistribusikan jurnal versi elektronik dan distribusi artikel yang dibutuhkan dalam versi cetak. Masyarakat serta penerbit komersial sebagian besar mempertahankan pengaruh atas jurnal yang diterbitkan, baik versi certak maupun versi elektronik. Dengan distribusi digital, penerbit mulai menggolongkan peran pengarsipan dan pendistribusian jurnal ilmiah yang dipegang oleh perpustakaan. Efisiensi dari penerbitan elektronik dan distribusi digital membuka berbagai kemungkinan untuk berbagai jenis model penerbitan. Ada juga upaya penerbitan yang membuat versi digital dari ratusan jurnal, tersedia secara bebas melalui internet. Penerbitan jurnal melalui internet ini dikhawatirkan akan membawa dampak negatif, yaitu muncul banyak jurnal elektronik yang tidak melalui tinjauan, peer-reviewed, atau tidak ada penilaian mengenai layak tidaknya untuk diterbitkan sehingga akan banyak jurnal elektronik yang tidak memenuhi standar kualitas ilmiah atau standar intelektual secara umum.Sampai saat ini, jurnal merupakan satu produk akhir yang penting dari penelitian ilmiah. Jurnal memainkan peranan yang sangat penting dalam menciptakan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Pustakawan sebagai penyaji informasi harus melaksanakan kegiatan strategi digital untuk mengetahui perilaku pemustaka akan layanan informasi dari layanan jurnal elektronik. Strategi digital pada dasarnya adalah kegiatan strategi pemasaran dalam lingkup pengambilan keputusan, analisa kebutuhan pemustaka, dan kebijakan layanan yang dilaksanakan secara terpadu dengan menggunakan perangkat teknologi digital. Bagi perpustakaan yang melaksanakan layanan digital online seperti pemanfaatan jurnal elektronik, langkah strategi digital sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan dan kebutuhan antara pemustaka dan pustakawan sebagai pihak yang saling bergantung satu sama lain.Sebagian besar serial dalam versi elektronik tetap menjadi bayangan cermin dari versi cetak karena versi cetak masih ada yang mengikat versi elektronik dengan keterbatasannya. Namun demikian efisiensi dan kemudahan akses yang diberikan oleh distribusi digital dengan cepat dapat diadopsi. Dampak negatif jurnal online pada penggunaan judul jurnal hanya tersedia dalam versi cetak yang menawarkan pengguna dapat memercayakan kualitas untuk kenyamanan ketika memilih artikel jurnal. Terminologi jurnal itu sendiri apakah jurnal online, jurnal elektronik, ataupun jurnal digital pada prinsipnya adalah sama. Intinya adalah sebagai suatu hasil pengetahuan yang dilakukan secara empiris tentang gagasan-gagasan terbaru untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan yang berguna bagi masyarakat.

Penulis : Afdini Rihlatul Mahmudah ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()
Launching dan Workshop E-Deposit Versi 3: Upaya Perpustakaan Nasional RI untuk Meningkatkan SSKCKR Koleksi Karya Rekam Digital

Jakarta - Hari Rabu, 9 Juni 2021 menjadi hari istimewa bagi Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan. Bertempat di Ruang Teater Perpustakaan Nasional RI, Jl. Merdeka Selatan No. 11 Jakarta Pusat, kegiatan “Peluncuran Situs Web E-Deposit Versi 3 dan Workshop E-Deposit” telah sukses diselenggarakan. Kegiatan yang digagas oleh Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) melalui Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Ke-41 Perpustakaan Nasional RI yang jatuh pada 17 Mei 2021. Dihadiri oleh 80 perwakilan penerbit  buku elektronik se-Jabodetabek, kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber dengan pembahasan mengenai pendataan satu pintu karya cetak dan karya rekam (KCKR), materi e-Deposit hingga workshop e-Deposit secara langsung. Ofy Sofiana selaku Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi dalam sambutannya menegaskan bahwa Perpusnas berkomitmen melaksanakan UU No. 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (UU SSKCKR) dengan mempersiapkan berbagai hal yang dapat mendukung pelaksanaan UU ini, baik dalam hal peningkatan kualitas SDM, teknologi, sistem informasi terkini, maupun sarana dan prasarana pendukung lainnya.  Untuk mengakomodasi tujuan tersebut, Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan telah melakukan pengembangan sistem e-Deposit yang terbaru, yakni versi 3 yang merupakan pembaruan dari sistem sebelumnya. Sistem e-Deposit hadir untuk memberi kemudahan bagi penerbit/produsen karya rekam, individu, dan organisasi dalam menyerahkan karya digital/elektronik kepada Perpusnas. Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Deposit dan Pengembangan Koleksi Prepustakaan Emyati Tangke Lembang bahwa pengembangan aplikasi e-Deposit versi 3 ini diharapkan dapat menjadi sarana pendukung dalam pelaksanaan UU SSKCKR, khususnya dalam penghimpunan karya rekam elektronik/digital sehingga dapat meningkatkan jumlah terbitan karya rekam. Sejak diluncurkan tahun 2019, dalam perkembangannya sistem e-Deposit telah menghimpun tidak kurang dari 46 ribu karya elektronik/digital dari 1.444 produsen karya rekam yang telah terdaftar pada sistem. Dengan demikian, diharapkan proses menghimpun, menyimpan, melestarikan, dan mendayagunakan KCKR untuk kepentingan bangsa oleh Perpusnas dapat berjalan secara kontinu dan maksimal. Kegiatan “Peluncuran Situs Web E-Deposit Versi 3 dan Workshop E-Deposit” ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan penerbit dan produsen karya rekam, sehingga pada akhirnya akan lebih memudahkan pelaksana serah dalam melaksanakan serah simpan karya rekam elektronik/digital. Berbagai pembaruan yang dilakukan bertujuan mempermudah proses unggah digital secara mandiri melalui tahapan-tahapan yang jelas, membantu mengontrol tagihan ISBN, baik cetak maupun elektronik, penambahan fitur API (Application Programming Interface) untuk mempermudah komunikasi antarsistem bagi pelaksana serah yang mempunyai repositori mandiri hingga fitur keamanan yang lebih mutakhir. Manakala pelaksana serah mengalami kendala, baik pada saat menggunakan aplikasi e-Deposit maupun ketika ingin berkonsultasi mengenai serah simpan KCKR dan pengembangan koleksi perpustakaan, Perpusnas membuka ruang konsultasi Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan setiap hari Rabu pukul 09.00 s.d. 11.00 WIB melalui aplikasi zoom.

Penulis : Suci Indrawati Irwan ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()
Konsultasi Virtual Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan

Jakarta - Dalam rangka memperingati HUT Ke-41 Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan mengadakan kegiatan konsultasi virtual melalui aplikasi Zoom yang ditujukan bagi masyarakat luas. Topik yang dibahas adalah pengelolaan karya cetak karya rekam (KCKR) dan pengembangan koleksi perpustakaan. Konsultasi virtual ini dilaksanakan perdana pada tanggal 19 Mei 2021, bertepatan dengan peluncuran konsultasi virtual di seluruh unit kerja di lingkungan Perpusnas. Selanjutnya kegiatan tersebut akan berlangsung pada setiap hari Rabu, pukul 09.00 s.d. 11.00 WIB. Kegiatan perdana menghadirkan beberapa narasumber dari tim Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan, di antaranya adalah Tatat Kurniawati selaku Koordinator Pengelolaan Hasil Serah Simpan KCKR dan Mujiani selaku Koordinator Pengembangan Koleksi Perpustakaan. Sesi konsultasi dimulai dengan paparan mengenai tugas pokok dan fungsi Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan. Khususnya terkait pengembangan koleksi perpustakaan, disampaikan bahwa salah satu tugas yang diemban adalah mengembangkan koleksi Indonesiana, baik di dalam maupun luar negeri, dengan metode pembelian, hadiah/hibah, dan tukar menukar bahan perpustakaan.  Diikuti sebanyak 116 peserta yang berasal dari penerbit dan pengelola berbagai jenis perpustakaan membuat kegiatan ini berlangsung interaktif. Peserta konsultasi aktif bertanya terkait permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta, baik secara teknis maupun kebijakan, kepada tim narasumber. Pertanyaan yang diajukan mengenai pengelolaan koleksi deposit dan pengembangan koleksi yang berasal dari pengadaan seperti pembelian dan hadiah/hibah, di antaranya yaitu registrasi nomor induk koleksi, data serah simpan KCKR, registrasi di INLISLite (Integrated Library System), pengolahan koleksi, dan aplikasi e-Deposit. M. Hadi Pranoto, peserta dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa forum ini luar biasa karena peserta dapat mengonsultasikan permasalahan-permasalahan yang ditemui di lapangan. Secara umum peserta menyatakan bahwa konsultasi virtual ini sangat bermanfaat karena menambah wawasan khususnya di bidang pengelolaan koleksi deposit dan pengembangan koleksi perpustakaan.

Penulis : Diah Budhi Utami, S. Sos., M.Hum. ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()
Membaca Data Kepatuhan Serah Simpan Indonesia

Jakarta - Kepatuhan serah simpan berkaitan dengan pelaksanaan UU No. 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (UU SSKCKR). Dalam UU ini, setiap penerbit wajib menyerahkan 2 (dua) eksemplar dari setiap judul karya cetak kepada Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) dan 1 (satu) eksemplar pada perpustakaan provinsi tempat domisili penerbit. Dalam UU ini juga dinyatakan bahwa setiap produsen karya rekam wajib menyerahkan 1 (satu) salinan rekaman dari setiap judul karya rekam yang berisi nilai sejarah, budaya, pendidikan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada Perpusnas dan 1 (satu) salinan kepada perpustakaan provinsi tempat domisili produsen karya rekam. Target Kinerja Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan pada tahun 2020 untuk persentase peningkatan jumlah koleksi KCKR yang terhimpun adalah sebesar 5% dengan jumlah penghimpunan KCKR sebanyak 350.000 eksemplar. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan selama tahun 2020, KCKR yang berhasil dihimpun adalah sebanyak 420.000 eksemplar. Apabila capaian tersebut dibandingkan dengan penghimpunan KCKR pada tahun 2019 yaitu sebanyak 396.198 eksemplar, maka penghimpunan KCKR pada tahun 2020 mengalami kenaikan dengan persentase realisasi sebesar 6,01%. Penghimpunan KCKR oleh Perpusnas sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 2020 mencapai 2.270.798 eksemplar. KCKR yang dihimpun terdiri dari karya cetak sejumlah 1.1422.898 eksemplar, karya rekam yang terdiri atas karya rekam analog dan digital sejumlah 792.255 eksemplar, dan karya jenis Perserikatan Bangsa-Bangsa/Terbitan Internasional-Regional (PBB/TIR) sejumlah 55.645 eksemplar. Koleksi karya cetak mendominasi pencapaian penghimpunan KCKR. Bahan perpustakaan jenis karya cetak yang dihimpun antara lain koleksi monograf, koleksi serial, literatur kelabu (grey literature), dan peta. Koleksi karya rekam terdiri atas koleksi karya rekam analog yang berupa CD, VCD, DVD, dan CD-ROM. Koleksi karya rekam yang lain adalah koleksi karya rekam digital yang terdiri atas buku digital, musik digital, dan koleksi jurnal. Koleksi PBB/TIR adalah koleksi yang dikirim oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga luar negeri. Mulai tahun 2020, Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan tidak lagi menghimpun koleksi PBB/TIR. Secara umum target kinerja penghimpunan KCKR yang tertuang dalam manual Indikator Kinerja Utama Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan telah tercapai, namun dari fenomena ini meninggalkan beberapa catatan terkait dengan tingkat kepatuhan penerbit dan pengusaha rekaman dalam melaksanakan UU SSKCKR. Data kepatuhan serah simpan penerbit dan pengusaha rekaman dalam melaksanakan serah simpan pada tahun 2020 menunjukkan level belum patuh. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Tahun 2020 memperlihatkan bahwa setidaknya ada dua faktor yang memengaruhi rendahnya tingkat kepatuhan penerbit yaitu: a.   Implementasi UU SSKCKR belum maksimalSaat ini tingkat kepatuhan penerbit dan produsen karya rekam pelaksana UU SSKCKR masih berada dalam level belum patuh. Level belum patuh diperoleh dengan membandingkan antara jumlah potensi terbitan dari seluruh penerbit dan produsen karya rekam yang ada di Indonesia dengan jumlah pelaksana UU SSKCKR. b.   Pelaksanaan sanksi administratif yang belum terlaksanaSebagai sebuah produk hukum yang di dalamnya memuat hak dan kewajiban, UU SSKCKR memberikan sanksi-sanksi kepada penerbit dan pengusaha rekaman yang tidak patuh melaksanakan UU ini. Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 8, penerbit dan pengusaha rekaman yang tidak melaksanakan dikenai sanksi administratif berupa: a. teguran tertulis; b. pembekuan kegiatan usaha; dan/atau c. pencabutan izin.Sanksi administratif diberikan atas rekomendasi dari Perpusnas atau perpustakaan provinsi. Sejak UU SSKCKR ini disahkan, Perpusnas belum pernah menegakkan sanksi administratif tersebut kepada penerbit dan pengusaha rekaman. Rekomendasi pemberian sanksi administratif seyogyanya menjadikan para penerbit dan pengusaha rekaman patuh melaksanakan UU SSKCKR. Data Kepatuhan Serah Simpan Provinsi IndonesiaBerdasarkan data kepatuhan serah simpan Indonesia yang berasal dari pangkalan data pengelolaan data KCKR yang digunakan Perpusnas dalam aplikasi Inlis, dapat ditelaah faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya tingkat kepatuhan penerbit. Data yang diambil menggunakan durasi data dari 1 Januari 2020 sampai dengan 2 Maret 2021. Sebagaimana disebutkan di atas, jumlah KCKR yang berhasil dihimpun Perpusnas pada tahun 2020 adalah sejumlah 420.000 eksemplar dan dapat dijelaskan pada tabel berikut.  KCKR Item Eksemplar Rekam Analog 153 213 Monograf 54.688 112.669 Surat Kabar 20 2077 Peta 21 42 Atlas 31 61 Majalah 98 647 Laporan 23 136 Buletin 22 98 Grey Literature 4.886 8.283 Tabloid 5 37 Jurnal Cetak 83 203 Rekam Digital 295.534 295.534  Pada tabel di atas terlihat semakin banyak koleksi karya rekam digital yang berhasil dihimpun dengan jumlah 295.534 eksemplar. Koleksi terbanyak kedua adalah koleksi karya cetak yang terdiri atas bentuk monograf, surat kabar, peta, dan atlas. Koleksi karya cetak yang lain adalah majalah, laporan, buletin, grey literature, tabloid, dan jurnal cetak yang menyumbang angka 59.877 judul dan 124.253 eksemplar. Pada tabel tersebut terlihat penghimpunan koleksi rekam analog yang berupa CD, VCD, DVD, dan CD-ROM menunjukkan angka yang relative kecil, yaitu hanya sejumlah 153 judul dan 213 eksemplar. Kondisi ini memang menunjukkan semakin jarangnya perusahaan rekaman yang memproduksi karya dalam bentuk analog dan beralih ke bentuk elektronik dan digital. Pada tahun 2020 SSKCKR dilaksanakan oleh pelaksana serah (penerbit dan produsen karya rekam) dengan total sejumlah 2.697 pelaksana serah. Para pelaksana serah ini berasal dari seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari 34 provinsi. Dengan diwakilinya pelaksana serah dari setiap provinsi menunjukan jika UU SSKCKR telah tersosialisasikan di seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Tingkat kepatuhan pelaksana serah di seluruh provinsi Indonesia tahun 2020 adalah sebesar 39,1. Hal ini dihasilkan dari penghitungan KCKR yang diserahkan ke Perpusnas dibagi dengan seluruh jumlah karya cetak/rekam yang seharusnya didepositkan. Untuk karya monograf ber-ISBN dilakukan dengan membandingkan total judul ISBN yang diminta pada tahun 2020 dengan total buku ber-ISBN yang didepositkan. Untuk koleksi serial seperti surat kabar, majalah, bulletin, dan jurnal dengan cara membandingkan berapa kali koleksi tersebut terbit pada tahun 2020 dengan jumlah koleksi tahun 2020 yang diserahkan ke Perpusnas. Provinsi dengan Kepatuhan Serah Simpan TertinggiData kepatuhan serah simpan tahun 2020 menunjukkan provinsi Kalimantan Barat menduduki peringkat tertinggi kepatuhan serah simpan dengan jumlah 58,7 dari 13 pelaksana serah. Kemudian disusul oleh provinsi Sulawesi Tenggara dengan nilai kepatuhan 54,7 dari 17 pelaksana serah. Tabel berikut memperlihatkan 10 provinsi dengan nilai kepatuhan tertinggi.  No. Provinsi Jumlah Pelaksana Serah Kepatuhan 1 Kalimantan Barat 13 58,7 2 Sulawesi Tenggara 17 54,7 3 Gorontalo 9 53,5 4 Jambi 19 53,0 5 Sumatera Selatan 30 51,6 6 Papua Barat 5 50,0 7 Papua 4 50,0 8 Riau 33 49,2 9 Kalimantan Utara 4 48,3 10 Banten 89 46,3  Berdasarkan data di atas, secara umum dapat disimpulkan jika provinsi yang memiliki nilai kepatuhan tinggi berasal dari luar Pulau Jawa. Hanya satu provinsi yang mewakili Pulau Jawa, yaitu Provinsi Banten yang menduduki tingkat kepatuhan tertinggi nomor 10 dengan jumlah 46,3 dengan pelaksana serah sebanyak 89. Fenomena ini memberikan data jika pelaksana serah yang memiliki kepatuhan tinggi tidak serta merta berasal dari provinsi yang dekat dengan Jakarta sebagai tempat melaksanakan serah simpan. Provinsi dengan jarak yang sangat jauh seperti Papua dan Papua Barat pun mencatatkan diri sebagai provinsi yang memiliki kepatuhan serah simpan cukup tinggi. Provinsi dengan Kepatuhan Serah Simpan TerendahDalam berbagai program sosialisasi UU SSKCKR, Perpusnas mendapatkan banyak masukan untuk memberikan subsidi pendanaan untuk pengiriman koleksi deposit pelaksana serah dari provinsi-provinsi yang jauh dari Jakarta. Dalam koridor UU SSKCKR, hal ini menjadi usulan yang akhirnya tidak disetujui oleh DPR. Pendanaan yang berkaitan dengan biaya pengiriman koleksi serah simpan ke Jakarta menjadi tanggung jawab penuh para pelaksana serah. Data kepatuhan serah simpan menunjukkan jika masalah jauhnya jarak memengaruhi tingkat kepatuhan para pelaksana serah. Data kepatuhan menunjukan provinsi-provinsi dengan tingkat kepatuhan rendah didominasi oleh provinsi yang jauh dari Pulau Jawa seperti Maluku, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur.  Data provinsi dengan kepatuhan serah simpan terendah tergambar pada tabel berikut ini.  No. Provinsi Jumlah Pelaksana Serah Kepatuhan 1 Maluku 7 14,0 2 Kalimantan Tengah 25 24,2 3 Sulawesi Barat 9 24,4 4 Nusa Tenggara Timur 15 25,0 5 Maluku Utara 6 25,0 6 Bali 44 30,1 7 Sulawesi Tengah 7 30,3 8 Sulawesi Utara 9 30,6 9 Bengkulu 17 32,0 10 Sumatera Barat 49 32,6  Provinsi dengan Pelaksana Serah TertinggiData kepatuhan serah simpan tahun 2020 menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur menduduki peringkat tertinggi dari segi jumlah pelaksana serah. DKI Jakarta memiliki sejumlah 613 penerbit dan produsen karya rekam yang melaksanakan kewajiban serah simpan UU SSKCKR. Banyaknya pelaksana serah ini tidak diikuti oleh tingkat kepatuhan serah simpannya. Nilai kepatuhan serah simpan Provinsi DKI Jakarta berada dibawah rata-rata nilai kepatuhan serah simpan nasional yang hanya berada pada tingkat 38,1. Sementara itu Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki nilai kepatuhan serah simpan satu angka di atas nilai rata-rata nasional. Hal ini menjadi catatan tersendiri bagi semua pihak untuk melakukan usaha-usaha yang lebih gigih dalam menarik kemauan pelaksana serah di Pulau Jawa agar lebih tertib melaksanakan kewajiban SSKCKR. Jumlah provinsi dengan jumlah pelaksana serah terbanyak dan nilai kepatuhannya digambarkan pada tabel berikut.  No. Provinsi Jumlah Pelaksana Serah Kepatuhan 1 DKI Jakarta 613 38,1 2 Jawa Barat 415 40,0 3 Jawa Timur 353 40,1 4 DIY 312 43,8 5 Jawa Tengah 302 38,1 6 Banten 89 46,3 7 Sumatera Utara 66 33,6 8 Sulawesi Selatan 57 39,6 9 Sumatera Barat 49 32,6 10 Bali 44 30,1  KesimpulanSetelah membaca dan menganalisis data kepatuhan serah simpan Indonesia, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kepatuhan serah simpan pelaksana serah Indonesia masih rendah dengan nilai 39,1. Nilai ini belum ideal bagi target penghimpunan koleksi deposit Perpusnas. Nilai kepatuhan serah simpan bisa dijadikan sebagai landasan penghimpunan KCKR tahun berikutnya dengan melakukan peningkatan jumlah per tahunnya dalam tahun Renstra 2020-2024.Data kepatuhan serah simpan tahun 2020 juga mengindikasikan bahwa Perpusnas terus mensosialisasikan UU SSKCKR dengan tujuan membangun kesadaran mengenai pentingnya pelaksanaan serah simpan. Pentingnya UU SSKCKR bagi perkembangan ilmu pengetahuan Indonesia dan upaya pelestarian karya cetak dan karya rekam bagi generasi yang akan datang harus terus digalakkan dan disebarluaskan dalam rangka membentuk kesadaran kolektif masyarakat Indonesia akan pentingnya penyerahan karya ke Perpusnas.

Penulis : Rizki Bustomi ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()
Webinar Pengembangan Koleksi Perpustakaan E-Resources dalam rangka Memperingati HUT Ke-41 Perpustakaan Nasional RI

Bertepatan dengan perayaan HUT ke-41 Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan menyelenggaran webinar dengan tema Pengembangan Koleksi Perpustakaan E-Resources yang digelar pada hari Senin, 24 Mei 2021. Kegiatan ini dilakukan secara daring melalui zoom meeting dengan menghadirkan tiga narasumber, yaitu Emyati Tangke Lembang selaku Direktur Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan; Laely Wahyuli selaku Koordinator Manajemen Pengetahuan Perpustakaan Universitas Indonesia, dan Wina Erwina selaku Kepala Pusat Pengelolaan Pengetahuan Universitas Padjadjaran. Acara tersebut dimoderatori oleh Subeti Makdriani, Pustakawan Utama Perpusnas di Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan.Acara dibuka oleh sambutan Deputi Bidang Pengembangan Bahan Perpustakaan dan Jasa Informasi Ofy Sofiana yang menjelaskan bahwa penerapan teknologi informasi yang menyebar ke segala bidang telah membawa perubahan di berbagai sektor, termasuk perpustakaan. Pengaruh ini akhirnya melahirkan apa yang disebut dengan perpustakaan digital, yaitu perpustakaan yang mempunyai koleksi buku dalam bentuk format digital dan diakses dengan menggunakan komputer. Sejak tahun 2008, Perpusnas telah mengadakan koleksi digital berupa e-resources terbitan dalam dan luar negeri dengan maksud untuk memudahkan masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan informasinya.  Perpusnas terus berupaya mengembangankan koleksi sebagai pemasok informasi yang diarahkan ke sumber-sumber elektronik berupa e-book, e-journal, dan e-video.Acara selanjutnya adalah penyampaian keynote speech oleh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando. Beliau berbicara tentang perpustakaan sebagai sistem pengelolaan rekaman gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia, yaitu mempunyai fungsi utama melestarikan hasil budaya umat manusia tersebut. Sasarannya adalah terbentuknya masyarakat yang memiliki budaya literasi dan belajar sepanjang hayat. Untuk itulah dalam rangka menjangkau seluruh masyarakat, baik umum dan akademisi, membutuhkan pengetahuan dan informasi yang spesifik. Perpusnas telah menggerakkan inovasi tersebut dengan mengembangkan bahan perpustakaan e-book dalam negeri yg terdapat dalam aplikasi iPusnas dan bahan perpustakaan digital online (e-resources) yang terdiri atas berbagai database buku dan jurnal terbitan dalam dan luar negeri.Acara utama adalah pemaparan oleh para narasumber. Emyati Tangke Lembang sebagai pemapar pertama mengangkat tema tentang Inovasi Pengembangan Koleksi Nasional di Era Digital. Perpusnas memiliki fungsi sebagai perpustakaan rujukan, yaitu menyediakan koleksi sebagai bahan rujukan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan di era digital saat ini mendorong Perpusnas untuk melakukan inovasi pengembangan koleksi nasional agar dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat dengan mudah dan cepat. Perkembangan itu diwujudkan dengan hadirnya iPusnas dan situs web E-Resources. Narasumber kedua adalah Laely Wahyuli yang membawakan tema Pengembangan Koleksi E-Resources di Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jenis koleksi e-resources terdiri atas online database, repositori, dan research tools. Untuk mengakses koleksi e-resources UI dapat melalui jaringan kampus atau luar kampus yang menggunakan EzProxy. Evaluasi terhadap koleksi e-resources dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur akurasi, otoritatif, objektifitas, kemutakhiran, dan relevansi. Etika penggunaaan informasi yaitu mampu menggunakan referensi manager, menggunakan software anti-plagiarisme, menulis penelitian dan mencegah plagiarism menggunakan research tools. Narasumber terakhir adalah Wina Erwina dengan pemaparannya berjudul Manajemen E-Resources di Perpustakaan. Menurutnya inti dari pengembangan koleksi adalah bagaimana kita dapat memelihara informasi untuk generasi mendatang. Keuntungan e-resources adalah biaya produksi dan distribusi lebih murah dibanding media cetak, lebih interaktif, proses duplikasi lebih mudah, dapat integrasi ke berbagai media (gambar, video, audio), dapat konservasi dari media yang mudah rapuh, dan ramah lingkungan. Tantangannya adalah gawai e-resources membutuhkan tenaga, biaya infrastruktur teknologi tinggi, membutuhkan kompatibilitas software dan hardware, dan lain sebagainya. Dampak dari keberadaan e-resources di perguruan tinggi yaitu bergesernya ke pembelajaran daring, realisasi konsep digital, informasi untuk riset lebih mudah diakses, serta informasi elektronik lebih banyak keuntungan dibanding informasi digital.

Penulis : Ramadhani Mubaraq, SS ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()
Upaya Perpusnas Memperkuat Koleksi Nasional melalui Kegiatan Hunting Naskah Kuno dan Local Content di Provinsi Sumatera Utara

Medan – Salah satu tugas utama Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) adalah mengembangkan koleksi nasional yang kuat demi kepentingan dan kebutuhan pemustaka. Dalam rangka pengembangan koleksi tersebut, Perpusnas berupaya mengidentifikasi berbagai bahan perpustakaan yang tersebar di masyarakat dengan melakukan kegiatan hunting bahan perpustakaan yang dilakukan oleh Tim Hunting dari Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan. Termasuk ke dalam jenis bahan perpustakaan yang diidentifikasi di antaranya adalah bahan perpustakaan naskah kuno dan muatan lokal (local content) yang memuat kearifan lokal yang ada di tengah masyarakat.   Tim Hunting ditugaskan ke berbagai daerah untuk mengunjungi berbagai sumber informasi yang dapat berkontribusi dalam memberikan informasi seputar keberadaan naskah kuno dan local content. Beberapa titik sasaran Tim Hunting adalah masyarakat pemilik naskah kuno, toko buku dan penerbit setempat, pameran buku, serta berbagai institusi yang dapat berkontribusi dalam kegiatan pengembangan koleksi tersebut.   Pada tahun 2021, Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi yang dijadikan sebagai daerah sasaran kegiatan hunting naskah kuno dan local content. Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki rekam jejak sejarah yang panjang dan budaya yang tinggi, serta menghasilkan banyak terbitan seputar itu, sehingga diharapkan dapat berkontribusi besar dalam pengembangan koleksi naskah kuno dan local content Perpusnas.   Tim Hunting Sumatera Utara yang beranggotakan empat orang pustakawan dari Kelompok Pengembangan Koleksi Perpustakaan (Dedy Junaedhi Laisa, Margono, Umbara Purwacaraka, dan Diah Prascita Murti) terlebih dahulu berkunjung ke Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Provinsi Sumatera Utara di Kota Medan untuk melakukan koordinasi dan mengumpulkan informasi terkait keberadaan naskah kuno dan local content yang ada di wilayah tersebut. Dalam menjalankan tugas, Tim Hunting dibantu oleh narasumber yang berkompeten di bidang naskah kuno, khususnya mengenai Sastra Batak, yaitu Dra. Mehamat Br Karo Sekali dan Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum.   Beberapa lokasi yang dikunjungi oleh Tim Hunting Sumatera Utara pada 23-26 Februari 2021 lalu antara lain adalah Museum Batak Tomok, Museum Huta Bolon Simanindo, Museum Pusaka Karo, dan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Hasil dari kunjungan ke lokasi-lokasi tersebut adalah diperolehnya informasi mengenai keberadaan naskah kuno yang ditulis dalam beberapa media seperti lak-lak (kulit tumbuhan/kayu), tongkat bambu, tulang kerbau, kayu berbentuk buah labu, tongkat, dan lain-lain.   Tim Hunting juga berhasil mengunjungi beberapa penerbit lokal di kota Medan seperti CV. Kencana Emas Sejahtera dan Penerbit Kede Buku Obelia. Dari penerbit-penerbit tersebut diperoleh buku-buku yang memuat tentang kebudayaan masyarakat dan kekhasan daerah Sumatera Utara yang tentunya dapat memperkaya ragam tema koleksi Perpusnas. Meskipun tidak terlalu banyak lokasi yang dikunjungi mengingat begitu luasnya cakupan wilayah Sumatera Utara, cukup banyak informasi yang diperoleh sehingga dapat bermanfaat untuk mendukung kegiatan pengembangan koleksi selanjutnya di masa mendatang.

Penulis : Diah Budhi Utami, S. Sos., M.Hum. ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()
Tim Futsal Depbangkol Raih Gelar Juara III dan Top Skor dalam Turnamen Futsal Perpustakaan Nasional Tahun 2021

Tim Futsal Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan (Depbangkol) berhasil keluar sebagai Juara III dalam Turnamen Futsal Perpustakaan Nasional Tahun 2021 yang digelar dalam rangkaian Peringatan HUT Ke-41 Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Capaian ini sekaligus merupakan gelar perdana bagi unit kerja yang baru terbentuk tahun 2020 tersebut.Depbangkol mengawali penampilannya di babak 16 besar dengan menundukkan Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi (Pusat PPSMPT) dengan skor 2-1 (1-0). Kedua gol Depbangkol dicetak oleh Alvian dan Rezky. Kemenangan tersebut dicapai dengan tidak mudah karena PPPSMPT yang dianggap sebagai underdog ternyata diperkuat oleh beberapa pemain baru yang cukup handal sehingga beberapa kali menyulitkan pertahanan Depbangkol yang digalang oleh Dedy. Pertandingan sempat terhenti beberapa menit ketika Dhani yang menjaga gawang Depbangkol mengalami cedera akibat berbenturan dengan penyerang PPSMPT.Pada babak 8 besar Depbangkol harus berhadapan dengan Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama, dan Humas (Biro HOKH) yang sebelumnya mengalahkan Direktorat Standarisasi dan Akreditasi (DSA). Depbangkol sempat unggul 4-1 sampai pertengahan babak kedua melalui gol-gol yang dicetak oleh Alvian, Izhaar, dan Dedy (2). Namun, tanpa diduga Biro HOKH yang dimotori oleh Radithya berhasil mencetak tiga gol berturut-turut dan menyamakan kedudukan menjadi 4-4. Menjelang akhir laga, Alvian sukses menyarangkan gol penentu kemenangan. Skor akhir 5-4 untuk Depbangkol.Berhasil melewati Biro HOKH, Depbangkol harus menghadapi Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara) yang merupakan salah satu tim terkuat di Perpusnas. Pertandingan berjalan cukup seru dan kerap terjadi jual-beli serangan dari kedua tim. Depbangkol yang dimotori Dedy dan Rezky lebih menguasai jalannya pertandingan, sementara Pujasintara yang dikomandoi oleh Yudhi dan mengandalkan Budi di lini depan bermain lebih efektif dan mengandalkan direct football. Depbangkol sempat unggul 1-0 di menit pertama melalui Alvian, namun tak mampu memanfaatkan keunggulan tersebut dan akhirnya harus mengakui keunggulan Pujasintara yang menyerang lebih tajam dengan skor akhir 2-4 (1-3).Pada final perebutan Juara III, Depbangkol menantang Inspektorat yang pada babak semifinal ditundukkan oleh Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus (Pusat PPUK). Sejak peluit awal dibunyikan, para pemain Depbangkol yang masih merasa kecewa dengan kekalahan di semifinal langsung menggebrak pertahanan Inspektorat yang digalang oleh Safei dan Aksan. Gelombang serangan Depbangkol berhasil membuat para pemain Inspektorat kewalahan dan harus menderita kebobolan lima gol di babak pertama tanpa berhasil membalas satu gol pun. Di babak kedua, kondisi tidak jauh berbeda. Rotasi pemain yang efektif serta tekanan yang terus-menerus dilakukan membuat Depbangkol berhasil menambah enam gol lagi tanpa sekalipun kebobolan. Skor akhir 11-0 untuk Depbangkol. Rezky menjadi bintang dalam pertandingan ini melalui enam gol yang dicetaknya, disusul Dedy (3), Azas, dan Wijiyanto.Kemenangan telak tersebut menjadi rekor kemenangan terbesar sekaligus pertandingan dengan jumlah gol terbanyak di sepanjang gelaran turnamen tahun ini. Gelontoran gol yang diciptakan Rezky di babak final berhasil mengantarnya meraih gelar Top Skor Turnamen dengan torehan total tujuh gol. Catatan tersebut melewati beberapa kandidat lainnya yang lebih diunggulkan sejak awal. Pujasintara sendiri akhirnya keluar sebagai Juara I setelah di final menundukkan Pusat PPUK melalui adu tendangan penalti dengan skor 5-2 (3-3).Dua gelar yang diraih Depbangkol tersebut menjadi catatan yang menggembirakan mengingat Tim Futsal Depbangkol baru terbentuk dalam hitungan kurang dari satu bulan dan mengandalkan banyak pemain baru. Ini menjadi awal yang baik untuk menghadapi ajang kompetisi serupa di masa mendatang.

Penulis : Ramadhani Mubaraq, SS ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()
Hunting Bahan Perpustakaan E-Journal dan E-Book Luar Negeri dalam rangka Memenuhi Ketersediaan Koleksi yang Lengkap dan Mutakhir

Jakarta - Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) mempunyai visi yang disesuaikan dengan visi Pemerintah RI Periode 2020-2024, yaitu "Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong melalui penguatan budaya literasi". Dalam rangka mewujudkan visi tersebut,  Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan terus berupaya meningkatkan dan memperkuat koleksi nasional yang salah satunya dicapai dengan mengembangkan koleksi yang lengkap dan mutakhir, serta sesuai dengan kebutuhan pemustaka.Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan koleksi perpustakaan adalah hunting bahan perpustakaan. Kegiatan hunting tersebut dilakukan dengan mendatangi penerbit di berbagai daerah, mengunjungi penyedia, toko buku, dan perorangan yang memiliki terbitan, baik dalam bentuk tercetak seperti monograf, referensi, naskah kuno, peta, dan serial, maupun terekam seperti audiovisual dan koleksi digital.Pada 27 April 2021, Tim Pengembangan Koleksi E-Resources dari Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan melakukan kunjungan ke salah satu penyedia bahan perpustakaan e-journal dan e-book, yaitu CV. Sagung Seto yang beralamat di Jl. Pramuka No.27, Utan Kayu Utara, Matraman, Jakarta Timur. Agenda kunjungan adalah mendengarkan presentasi mengenai produk e-journal dan e-book dari Sage Publishing.Sagung Seto melalui Direktur Utamanya, Miyoto memberikan presentasi singkat terkait dengan produk Sage Publishing. Sage Publications adalah perusahaan penerbitan independen yang didirikan tahun 1965 di New York oleh Sara Miller McCune. Sage tersebar beberapa negara di dunia, di antaranya terdapat di Los Angeles, London, New Delhi, Singapura, Washington DC, dan Boston. Program penerbitan Sage melibatkan lebih dari 800 jurnal dan 800 buku, karya referensi, dan produk elektronik yang membahas bisnis, humaniora, ilmu sosial, sains, teknologi, dan kedokteran. Hasil hunting tersebut melahirkan kerja sama antara Perpusnas dan CV. Sagung Seto berupa pengadaan e-book luar negeri dan langganan e-journal luar negeri. Saat ini Perpusnas telah melanggan produk Sage sebanyak 93 judul e-journal luar negeri dan mengadakan e-book luar negeri Sage sebanyak 355 judul. Produk tersebut sudah terpasang di link web Perpusnas (www.e-resources.perpusnas.go.id). Diharapkan dengan adanya produk Sage ini akan memenuhi kebutuhan pemustaka dan bisa dimanfaatkan secara optimal.

Penulis : Ramadhani Mubaraq, SS ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()
Hunting E-Journal dan E-Book Luar Negeri dalam rangka Pengembangan Koleksi Perpustakaan Nasional RI

 Jakarta – Dalam rangka memenuhi amanah UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) melalui Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan terus berupaya memperkuat koleksi nasional dengan mengembangkan koleksi dari berbagai jenis bahan perpustakaan. Salah satu bahan perpustakaan yang amat penting keberadaan dan ketersediaannya adalah sumber elektronik (e-resources). Koleksi e-resources sudah menjadi kebutuhan yang amat penting dalam menunjang penyediaan konten layanan informasi bagi pemustaka di berbagai perpustakaan.Dalam rangka pengembangan koleksi Perpusnas, Tim Pengembangan Koleksi E-Resources Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan melakukan hunting bahan perpustakaan e-book dan e-journal  luar negeri dengan berkunjung ke PT. Periplus Bookindo (Periplus) pada 9 April 2021. Agenda utama kunjungan ini adalah pengenalan produk e-journal dari Oxford Academic. Selain itu, Periplus meminta evaluasi singkat E-Book Bloomsbury  yang telah diadakan oleh Perpusnas. Periplus juga mengundang perwakilan Oxford wilayah Asia, Mr. Michael, untuk mempresentasikan e-journal Oxford Academic melalui fasilitas zoom meeting.Berdasarkan hasil pemaparan yang disampaikan oleh Mr. Michael, e-journal Oxford Academic tidak dilanggan tapi termasuk pengadaan barang sehingga menjadi aset Perpusnas. Selain itu, pihak Perpusnas dapat memilih judul e-journal yang akan diadakan disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka. Pihak penerbit juga dapat memberikan usage report seusai dengan permintaan Perpusnas dan dapat memberikan akun untuk dapat mengakses langsung ke usage report tersebut. Evaluasi untuk pengadaan e-book Bloomsbury yang telah dilakukan pada tahun anggaran 2021 ini juga berjalan dengan baik. Proses administrasi dan pemasangan link di web eresources.perpusnas.go.id juga berjalan dengan cukup lancar. Harapannya, e-book Bloomsbury bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh pemustaka Perpusnas.  

Penulis : Yawani Alloh, M.Hum ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()