Jakarta - Undang-Undang Nomor 43
Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyatakan bahwa naskah kuno adalah semua
dokumen tertulis yang tidak dicetak atau diperbanyak dengan cara lain, baik
yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berumur
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi
kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Naskah kuno merupakan
bagian tak terpisahkan dari koleksi nasional, yaitu sebagai salah satu jenis
koleksi dalam bentuk karya tulis yang berisi catatan para leluhur mengenai
rekam jejak perjalanan bangsa Indonesia sejak berabad-abad lalu.
Pemerintah melalui
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bertanggung jawab dalam mengembangkan koleksi
naskah kuno dalam rangka melestarikan hasil budaya bangsa serta untuk
memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui
pendayagunaan koleksi naskah kuno yang mengandung informasi. Di samping
mengidentifikasi keberadaan naskah kuno yang berada di dalam negeri, Perpusnas
juga bertanggung jawab dalam mengupayakan pengembalian naskah kuno yang berada
di luar negeri. Upaya tersebut dilakukan untuk memperluas potensi keberhasilan
mengembangkan koleksi naskah kuno di Perpusnas sehingga dapat dijadikan sebagai
pusat rujukan naskah kuno nusantara.
Dalam rangka mengemban
tanggung jawab tersebut, Perpusnas melalui Direktorat Deposit dan Pengembangan
Koleksi Perpustakaan yang berada di bawah naungan Deputi Bidang Pengembangan
Bahan Pustaka dan Jasa Informasi telah merancang dan melaksanakan kegiatan
pengembangan koleksi naskah kuno. Kegiatan tersebut memiliki beberapa tahapan,
antara lain meliputi identifikasi (seleksi dan hunting) dan pengadaan
naskah kuno.
Tujuan dari kegiatan
pengembangan koleksi naskah kuno adalah untuk menghimpun warisan budaya karya intelektual
bangsa Indonesia dalam bentuk naskah kuno nusantara yang dapat memperkuat
koleksi nasional, khususnya koleksi Indonesiana. Secara khusus kegiatan ini
juga bertujuan untuk mewujudkan tersedianya bahan perpustakaan naskah kuno yang
dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka serta mengidentifikasi
dan mengupayakan pengembalian naskah kuno yang berada di luar negeri.
Pelaksanaan kegiatan pengadaan naskah kuno
melibatkan tiga unit kerja, yaitu Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi
Perpustakaan, Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah
Nusantara, serta Pusat Preservasi dan Alih Media Bahan Perpustakaan. Ketiga
unit tersebut berkoordinasi dan berkolaborasi untuk menjalani tahapan demi
tahapan dalam kegiatan pengadaan naskah kuno sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing.
Pustakawan di lingkungan Direktorat Deposit dan
Pengembangan Koleksi Perpustakaan
melakukan identifikasi terhadap naskah
kuno yang berada di masyarakat, baik melalui kegiatan hunting maupun
berdasarkan penerimaan naskah kuno yang langsung dikirimkan ke Perpusnas. Naskah
kuno tersebut kemudian didata untuk selanjutnya diseleksi dan rinciannya dimuat
di dalam daftar hasil seleksi naskah kuno. Naskah kuno hasil seleksi yang secara
fisik sudah diterima oleh tim pengadaan di Direktorat Deposit dan Pengembangan
Koleksi Perpustakaan akan dikirim ke Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan
Pengelolaan Naskah Nusantara serta Pusat Preservasi dan Alih Media Bahan
Perpustakaan untuk diperiksa oleh para tenaga ahli yang memiliki kapasitas
dalam identifikasi naskah kuno, khususnya di bidang filologi (filolog) dan
konservasi bahan perpustakaan (konservator). Identifikasi meliputi keaslian
naskah kuno, usia naskah kuno, bahasa, aksara, dan media yang digunakan, serta
konten yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan hasil identifikasi naskah kuno
tersebut, para filolog dan konservator kemudian membuat daftar rekomendasi
mengenai kelayakan naskah kuno yang akan diadakan. Proses pemberian rekomendasi
tersebut di antaranya memperhatikan beberapa faktor, yaitu kondisi fisik naskah
kuno, kelangkaan tema naskah kuno di jajaran koleksi Perpusnas, serta masukan
dari pemustaka dan para pakar. Daftar rekomendasi yang telah disusun menjadi
dasar bagi tim pengadaan dalam menentukan naskah kuno yang bisa diadakan serta dalam
melakukan negosiasi harga dengan pemilik naskah kuno. Setelah tercapai
kesepakatan antara tim pengadaan dan pemilik naskah kuno, selanjutnya dilakukan
pemberkasan dokumen pengadaan untuk merealisasikan pengadaan naskah kuno sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Naskah kuno yang telah diadakan akan dikirim
ke Pusat Preservasi dan Alih Media Bahan Perpustakaan untuk diperiksa dan
ditangani sesuai standar konservasi, sehingga sebelum diolah dan dilayankan,
naskah kuno tersebut berada dalam kondisi fisik yang baik. Pemeriksaan dan
penanganan fisik naskah kuno tersebut menjadi hal yang penting dilakukan untuk
mengantisipasi dan memperbaiki kerusakan yang mungkin terjadi selama rangkaian
proses pengadaan naskah kuno.
Kegiatan pengembangan koleksi naskah kuno yang dilaksanakan oleh Perpusnas selama enam tahun terakhir (2015-2020) telah berhasil mencapai sasaran pengadaan sejumlah 1.496 eksemplar seperti dapat dilihat pada Grafik 1.
Grafik 1. Grafik Pengadaan Naskah Kuno Perpustakaan Nasional RI Tahun 2015-2020
Capaian tersebut melengkapi jumlah koleksi
naskah kuno di Perpusnas yang tercatat sudah berjumlah 13.219 eksemplar (per
bulan April 2021). Koleksi naskah kuno tersebut dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat luas dalam menunjang pemenuhan kebutuhan informasi, baik dalam
bentuk bentuk fisik maupun digital hasil alih media.
Pelaksanaan
kegiatan pengembangan koleksi naskah kuno bukannya tidak menghadapi kendala,
khususnya selama masa pandemi ini. Perpusnas dituntut untuk terus melakukan
penyesuaian dan perbaikan demi mencapai kinerja dan pencapaian target secara
optimal. Salah satunya adalah dengan terus berupaya memberikan pemahaman secara
jelas dan menyeluruh mengenai mekanisme pengadaan naskah kuno, sehingga
tercipta kesepahaman yang baik antara masyarakat sebagai pemilik naskah kuno
dan Perpustakaan Nasional sebagai lembaga yang memiliki tanggung jawab dalam
mengembangkan koleksi naskah kuno.
Rapat Koordinasi Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik tahun 2023 Subjek ASEAN telah dilaksanakan pada hari Kamis (08/06/2023) yang dihadiri oleh panitia, juri, pendamping juri dan perwakilan dewan juri yang dapat hadir secara langsung. Panitia sudah menyiapkan buku-buku yang akan dinilai dan terdapat 25 buku yang dinilai oleh dewan juri dengan membagi menjadi 5 paket yang setiap paketnya berisi 5 buku, penilaian dilakukan selama seminggu untuk 1 paket. Demi kelancaran penilaian maka panitia dan dewan juri akan melakukan koordinasi selama penilaian berlangsung. Adapun syarat kriteria penilaian buku (Pustaka) terbaik tahun 2023 adalah sebagai berikut:1. Penulis adalah Warga Negara Indonesia (WNI);2. Buku memiliki kesesuaian dengan salah satu subjek pustaka yang diangkat;3. Terbitan nasional yang target utamanya untuk dibaca masyarakat Indonesia;4. Memiliki tahun terbit 2017 s.d. 30 April 2023 dan sudah melaksanakan kewajiban Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam sesuai Undang Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam;5. Karya penulis tunggal atau karya bersama tidak lebih dari 3 (tiga) orang;6. Mempunyai nomor ISBN yang sesuai aturan Peraturan Perpustakaan Nasional RI Nomor 5 Tahun 2022 tentang Layanan Angka Standar Buku International; dan7. Buku yang tidak diikutsertakan lomba antara lain buku pelajaran/buku ajar (text books); buku rujukan (ensiklopedi, kamus, pedoman, dsb.) dan buku hasil penelitian. Berikut ini daftar judul buku terpilih subjek ASEAN No Judul Pengarang Penerbit Tahun Terbit 1 Masyarakat ekonomi asean : peluang dan tantangan industri jasa konstruksi indonesia Trihono Kadri Deepublish 2017 2 ASEAN ditinjau dari fisik dan sosial Zuhriyah ; editor, Zuhriyah CV. Embrio Publisher 2020 3 ASEAN dan kejahatan transnasional narkotika : problematika, dinamika, dan tantangan Rendi Prayuda, Syafri Harto ; penyunting, Kartika Nurul Nugrahini Penerbit Ombak 2020 4 Perjanjian internasional dan HAM : dalam konstitusi negara- negara ASEAN Jawahir Thontowi UII Press 2019 5 Aspek nasional dan internasional pemanfaatan surplus perikanan di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia oleh Ida Kurnia; editor, Dessy Marliani Listianingsih Sinar Grafika 2018 6 Ekonomi politik Jepang di Asia Tenggara : dominasi dan kontestasi aktor-aktor domestik Faris Al-fadhat Pustaka Pelajar 2019 7 Mengenal ASEAN Arie Cahyaningsih ; editor, Aman Musthofan CV. Trik Jitu Purbalingga 2019 8 Strategi peningkatan daya saing UMKM dalam menghadapi ekonomi asean Yanah, Haulah Nakhwatunnisa, Dan Tri Amalia Sukarno Deepublish 2018 9 Asean Community dan prospek pengembangan UIN Raden Fatah Palembang penulis, Aflatun Muchtar, Aristophan Firdaus UIN Raden Fatah Press 2020 10 Asean, quo vadis? : perdagangan bebas, konflik laut china selatan, dan konflik domestik sebagai batu ujian oleh Poltak Partogi Nainggolan Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2021 11 Liberalisasi penanaman modal Asean penulis, Delfiyanti Andalas University Press 2021 12 Lembaga keuangan mikro syariah di era masyarakat ekonomi asean (MEA) Dr. Salman Munthe, S.Pd., M.Si. CV Gosyen Publishing 2022 13 Peran tenaga kesehatan masyarakat di era masyarakat ekonomi Asean (MEA) Ramadhan Tosepu CV Gosyen Publishing 2022 14 Apa sih ASEAN? : sebuah literasi awal tentang ASEAN penulis, Elan Marsudi, S.Pd Haura Utama 2022 15 Industri pertahanan ASEAN Sovian Aritonang Aksara Global Akademia 2023 16 Indonesia dan keamanan kontemporer di Asia Tenggara Laode Muhammad Fathun Suluh Media 2018 17 Potensi geografis negara-negara ASEAN Tuti Ambarwati, M.Pd. Goresan Pena 2018 18 Eksotisme Asia Tenggara : belajar kemajuan dari negara Thailand-Singapura-Malaysia-Vietnam Lili Somantri CV. Jendela Hasanah 2021 19 Kehidupan sosial dan kebangsaan negara- negara ASEAN Dra. Setyowati, M.Pd. CV. Madza Media 2022 20 HAKI dan masyarakat ekonomi ASEAN Primadiana Yunita Anak Hebat Indonesia 2018 21 Bangga berbangsa Indonesia dan bagian dari Asean Abdul Kholiq, S.Pd., Suntoro, SE., nadhiratul Munsifin, S.Pd., M.Pd., Mutik Hidayat, S.Pd., M.Pd. Rumah Menulis Alqalam 2021 22 Modul pelatihan simulasi sidang organisasi internasional PBB, ASEAN, & Uni Eropa Resa Rasyidah, Renitha Dwi Hapsari, Maria Indira Aryani Sahaja 2021 23 Produktivitas industri kreatif di ASEAN Horas Djulius, Juanim, Deden Komar Priatna, Thania Mellyana Sarie Diandra Kreatif 2023 24 Indonesia, Asean, dan ketidakpastian hubungan internasional Beginda Pakpahan, M.Phil., Ph.D Penerbit Buku Kompas 2018 25 AFTA (ASEAN free trade area) dalam otonomi daerah Abdul Hayy Nasution Lembaga Kajian Dialektika 2023
Jakarta – Jumat, 10 Januari 2020 Subdirektorat Deposit mengadakan rapat mengenai pembangan aplikasi e-Deposit. Rapat yang mengundang Ismail Fahmi ini dilaksanakan di ruang rapat Kasubdir Deposit dihadiri oleh Sri Marganingsih, Teguh Gondomono, Gibran Bima, dan Jusa Junaedi. Rapat ini meminta masukan dari Ismail Fahmi. Fungsi yang sudah ada di eDeposit yaitu, input, preservasi, dan search. Dalam fungsi preservasi terdapat audio, video, pdf (ocr), dan metadata. Dalam fungsi search terdapat preview, research. Penyimpanan menggunakan SOLR. Ismail juga menjelaskan “Hanya metadata yang disimpan di dalam SOLR karena tidak membutuhkan Fulltext”. Ismail juga menjelaskan tahapan pembuatan sistem research. Mengenai kebutuhan analisis Ismail mengatakan, “Perlu ada penguatan dalam RPP bahwa koleksi yang dihimpun nantinya akandigunakan untuk kebutuhan analisis (multimedia analytic, text analytic) dalam fungsi pendayagunaan tanpa memberikan fulltext.”
Salemba, Jakarta – Menindaklanjuti rapat sebelumnya Subdirektorat Deposit mengadakan Forum Diskusi dengan Gramedia, pada hari Rabu. (29/7) Pertemuan pada masa pandemi ini dilaksanakan melalui Online Meeting dengan mengundang Oedik Waluyo Sejati (Head of Digital Publishing), Bagus M. Adam (Digital Publishing & Multimedia Manager), Deviyanty Kartika (Staff Digital Publishing), Patricius Cahanar (Penerbit Buku Kompas), dan Wawan R.M. (IT Gramedia).Dibuka oleh Sri Marganingsih, selaku Kasubdir Deposit, Beliau menjeaskan bahwa pertemuan kali ini merupakan tindaklanjut dari rapat sebelumnya (10/7) dan mengingatkan kembali bahwa masih ada karya digital Gramedia yang belum diserahkan ke Deposit (18.000 karya) dan perlu didiskusikan pula mengenai teknis terbaik penyerahannya, interoperabilitas atau serah mandiri. Tidak hanya itu, beliau juga menyinggung kembali mengenai keberadaan divisi Digital Publishing dan Multimedia yang harapannya dapat menjadi perpanjangan tangan antara pihak Perpusnas dengan Gramedia terkait serah simpan karya digital.Oedik berharap, sistem penyerahan karya ini hanya sampai ruang tamu (sistem API Gramedia) saja, tidak sampai ke dapurnya, karena hal ini berkaitan dengan sisi keamanan dari kedua pihak. Untuk buku digital, Gramedia bisa jamin tidak akan ada perubahan data (ISBN, judul, atau isi). Namun untuk buku cetak masih ada kemungkinan adanya perubahan data. Tim IT Gramedia akan melakukan invetarisasi karya yang dimiliki untuk nantinya kami seleksi dan teruskan ke Perpusnas.Menanggapi hal tersebut Ningrum menyampaikan bahwa Perpusnas akan menyesuaikan dengan repositori dari Publisher. Namun perlu disiapkan dokumentasi API terlebih dahulu untuk kebutuhan pembelajaran dan penyesuaian repositori. “Perpusnas menggunakan metode get, karena masih perlu dilakukan pemilihan dan validasi karya (merujuk pada pernyataan sebelumnya) dan juga pengecekan history penggunaan ISBN dan perubahan lainnya (seperti judul dan/atau isi)” tambah Vincent. Wawan menjelaskan Gramedia sudah memiliki repositori dan API. Perpusnas baiknya mengirimkan dokumentasi API-nya, dan nantinya gramedia akan menggunakan metode push. Namun jika memang harus menggunakan metode get, maka Gramedia perlu waktu untuk penyesuaiannya. Bagus Adam menambahkan ke depannya, Perpusnas silakan menyampaikan field-field apa saja yang diperlukan ke bagian IT Gramedia.sumber gambar : ebooks.gramedia.com
Jakarta - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sebagai lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan. Sebagai perpustakaan pelestarian, Perpusnas berkewajiban untuk menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah kuno. Berdasarkan hal itulah maka dilaksanakan kegiatan hunting bahan perpustakaan naskah kuno ke berbagai wilayah di Indonesia. Salah satu daerah tujuan hunting pada tahun 2021 di Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan adalah Provinsi Riau. Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak adat istiadat, kebudayaan, cerita, sejarah, dan lain-lain, sehingga memungkinkan adanya peninggalan naskah kuno dalam jumlah cukup besar. Tim Hunting Provinsi Riau yang beranggotakan empat orang pustakawan, yaitu Arion, Margono, Erlina Indersari, dan Ramadhani Mubaraq mengawali tugas dengan mengunjungi Penerbit Salmah Publishing yang berlokasi di Kota Pekanbaru. Kunjungan ini berhasil menghasilkan beberapa buku hasil karya Ibu Siti Salmah dan rekan-rekan sesama penulis di Kota Pekanbaru. Tim Hunting juga mengunjungi penerbit lain di Kota Pekanbaru, yaitu Bapak Marhalim Zaini dan berhasil memperoleh beberapa judul buku yang ditulis dan diterbitkannya. Selama pelaksanaan kegiatan, Tim Hunting juga berkoordinasi dengan Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Pemerintah Provinsi Riau untuk menanyakan keberadaan naskah-naskah nusantara yang dimiliki Pemerintah Daerah setempat. Ada dua tempat yang direkomendasikan, yaitu Museum Negeri Provinsi Riau "Sang Nila Utama" dan kediaman Bapak Miral Mukhazi, ST. yang merupakan keturunan ke-4 dari Datuk Laksemana Raja di Laut, yaitu keturunan dari Datuk Ali Akbar.Kunjungan ke Museum Negeri "Sang Nila Utama" menghasilkan informasi mengenai berbagai naskah kuno yang sudah dipreservasi oleh Tim Preservasi dari Perpusnas. Koleksi naskah kuno tersebut saat ini berada dalam kondisi baik dan sangat terawat, serta sudah mendapatkan label identitas sehingga memudahkan penelusuran. Sementara itu di kediaman Bapak Miral Mukhazi, ST., Tim Hunting mendapati beberapa lembar manuskrip peninggalan Datuk Laksemana Raja di Laut dan silsilah keluarga yang menunjukkan bahwa beliau adalah keturunan ke-4 dari Datuk Ali Akbar. Banyak kisah yang diceritakan kembali oleh Bapak Miral Mukhazi, baik itu mengenai silsilah maupun peranan Laksemana Raja di Laut dalam mengawal Raja Kecil dalam perjalanannya di laut sehingga mendapatkan gelar Laksemana Raja di Laut.
SWOT Analysis adalah metode analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari suatu perusahaan atau proyek. Ini digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dan memberikan gambaran umum tentang kondisi saat ini dan potensi masa depan perusahaan. Lebih dari itu, analisis SWOT juga dapat diterapkan untuk menganalisis institusi non-komersial seperti lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan tinggi, atau organisasi non-pemerintah, termasuk juga perpustakaan.Perpustakaan telah menjadi pionir dalam memberikan akses informasi selama berabad-abad. Dengan munculnya teknologi digital, perpustakaan dipaksa untuk menyesuaikan strategi pengelolaan koleksi mereka untuk mencakup koleksi digital. Dalam esai ini, saya akan melakukan analisis SWOT untuk membandingkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari pengelolaan koleksi perpustakaan buku cetak dengan pengelolaan koleksi perpustakaan yang sepenuhnya digital. KekuatanKekuatan dari pengelolaan koleksi perpustakaan buku cetak terletak pada sifat fisiknya. Buku cetak adalah benda yang dapat diraba dan menyediakan rasa nyaman dan kesan familiar bagi pengunjung. Buku cetak juga mudah diakses karena disimpan di rak dan dapat dengan cepat ditemukan menggunakan Sistem Dewey Desimal Classification atau metode katalog lainnya. Selain itu, buku cetak relatif murah untuk diperoleh dan dipertahankan, sehingga mudah diakses. Bagi orang yang menyukai design interior yang terlihat smart dan juga colourful, buku beserta raknya juga dapat menjadi bagian dari interior design suatu bangunan rumah ataupun restoran.Sebaliknya, kekuatan dari pengelolaan koleksi perpustakaan dengan koleksi digital sepenuhnya terletak pada fleksibilitasnya. Koleksi digital mudah diakses dari mana saja dan dapat diakses oleh beberapa pengunjung sekaligus. Koleksi digital juga memerlukan ruang fisik yang lebih sedikit, sehingga perpustakaan dapat menambah koleksi tanpa memerlukan ruang yang lebih besar. Selain itu, koleksi digital lebih ramah lingkungan karena tidak memerlukan penggunaan kertas atau tinta. Di era digital ini, koleksi digital juga dapat disimpan pada storage komputer ataupun teknologi internet cloud yang memungkinkan perpustakaan menyimpan dan mengakuisisi ribuan bahkan jutaan koleksi digital.KekuranganKekurangan dari manajemen koleksi perpustakaan buku cetak adalah keterbatasan fisiknya. Buku cetak sangat rapuh dan mudah rusak, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal. Buku cetak juga sulit untuk diangkut dan mungkin tidak dapat diakses oleh pelanggan yang tidak dapat datang ke perpustakaan. Selain itu, buku cetak membutuhkan ruang simpan yang besar dengan standar suhu tertentu dalam rangka pemeliharaannya untuk jangka panjang.Di sisi lain, kelemahan manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital adalah ketergantungan pada teknologi. Koleksi digital memerlukan koneksi internet yang andal dan perangkat yang kompatibel untuk diakses. Selain itu, koleksi digital dapat rentan terhadap hacking dan kehilangan data, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal. Pada kasus tertentu, koleksi digital mungkin lebih mahal untuk diperoleh dan dipelihara, yang dapat membuatnya tidak dapat diakses oleh beberapa perpustakaan. Kerentanan lainnya pada koleksi digital, terletak pada kemungkinan virus dan malware yang bisa mencoba masuk kedalam komputer atau server yang menyimpan koleksi digital tersebut. PeluangPeluang untuk manajemen koleksi perpustakaan buku cetak ada pada potensi pelanggan untuk menemukan buku baru melalui kunjungan yang bersifat rekreasi dimana penelusuran buku di rak dan kunjungan ke perpustakaan dianggap sebagai suatu hiburan dalam satu paket. Buku cetak juga dapat ditampilkan dengan cara yang menarik secara fisik-visual, yang dapat menarik pelanggan dan mendorong mereka untuk mengeksplorasi judul baru. Selain itu, perpustakaan dapat menyelenggarakan pameran koleksi dalam rangka mempromosikan penggunaan buku cetak. Bahkan pada, beberapa jenis buku, seperti pada buku anak, kreasi terhadap perwujudan buku seperti pada pop-up-book membuat anak-anak tertarik dengan interaksi dan pembelajaran yang akan didapatkannya dengan membaca buku.Jika berbicara untuk jangka panjang, koleksi buku tercetak memiliki sumber sejarah dan informasi arkeologi dimana ilmuwan menilai aspek tahun terbitan buku dan seberapa tua usia suatu koleksi buku melalui pemeriksaan kertas yang dipakai. Di sisi lain, peluang untuk manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital ada pada kemampuan untuk memberikan akses ke beragam informasi. Koleksi digital dapat meliputi e-book, jurnal, dan sumber daya digital lainnya, yang dapat diakses oleh pelanggan dari mana saja. Selain itu, koleksi digital dapat memberikan akses ke materi informasi spesifik dengan kata kunci tertentu lebih cepat dan pengalaman membaca dengan interaksi terhadap teks yang lebih kaya dalam hal editing serta pendaya gunaannya dalam rangka kemas ulang informasi. Lebih dari itu, dalam hal teknologi Artificial Intellegence yang sedang berkembang, pendayagunaan informasi dari buku digital menjadi semakin meluas sebab AI dapat diberikan input informasi atau data dari koleksi buku yang dapat membuat teknologi AI membantu penyebaran keilmuan menjadi lebih mudah dan cepat. Sehingga, minat akademisi komputer dan teknologi informasi terhadap buku digital akan semakin meningkat dan populer dimasa mendatang.AncamanAncaman bagi manajemen koleksi perpustakaan buku cetak ada pada popularitas buku digital yang semakin meningkat. Semakin banyak orang yang beralih ke buku digital, perpustakaan mungkin kesulitan untuk mempertahankan ketertarikan masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Selain itu, perpustakaan mungkin menghadapi kendala anggaran yang membuat sulit untuk memperoleh dan mempertahankan buku cetaknya dalam rangka mempertahankan layanan koleksi cetak.Di sisi lain, ancaman bagi manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital sepenuhnya ada pada potensi internet dimana orang-orang tidak lagi mementingkan buku tercetak ataupun buku elektronik sebagai bahan referensi. Disisi lain, Buku digital rentan terhadap pembajakan dan penyebaran karya kepada khalayak umum tanpa legalitas penyebaran koleksi. Hal ini marak terjadi, sebab ada banyak teknologi yang memungkinkan pelaku bisni buku ilegal melakukan penyalinan masal terhadap suatu koleksi buku digital. Selain itu, koleksi digital mungkin rentan terhadap hacking dan kehilangan data, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal pada kasus dan jenis koleksi digital tertentu.Kesimpulan Secara keseluruhan, esai ini telah menunjukkan bahwa perpustakaan telah berperan penting dalam memberikan akses informasi selama berabad-abad. Dengan hadirnya teknologi digital, perpustakaan dipaksa untuk menyesuaikan strategi manajemen koleksi mereka untuk mencakup koleksi digital. Analisis SWOT yang dilakukan dalam esai ini menunjukkan bahwa baik buku cetak maupun koleksi digital sepenuhnya memiliki kekuatan dan kelemahan yang unik, serta peluang dan ancaman. Namun, jelas bahwa koleksi digital semakin penting dalam masyarakat saat ini dan perpustakaan harus terus menyesuaikan diri untuk memenuhi kebutuhan yang berubah dari pengunjung mereka. Secara keseluruhan, sangat penting bagi perpustakaan untuk menemukan keseimbangan antara buku cetak dan koleksi digital agar dapat memberikan layanan terbaik kepada pengunjung dan tetap relevan di era digital.
Gambir, Jakarta,-- FGD RPP UU 13 Th.2018 Dengan Perpustakaan Khusus Kementerian dan Lembaga Pemerintah, Hotel Aryaduta Jakarta, Senin 23 September 2019. Pembukaan dan pemaparan oleh Sri Marganingsih Kasubdir. Deposit Perpustakaan Nasional RI. RPP dapat mengoptimalkan kewajiban para perpustakaan khusus K/L, sehingga perpustakaan khusus lembaga dapat terlibat langsung dalam pengambilan keputusan di lembaganya, Pernyataan Wahyu dari Perpustakaan Kementerian Luar Negeri. Eka mewakili dari BPPT "Hal yang harus dikeluarkan/dicantumkan dalam RPP ada beberapa poin antara lain, Berharap ada kata “wajib” yang tercantum secara eksplisit, jadi penyerahan oleh pihak terkait itu menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan, repository institusi juga dituangkan secara eksplisit, dan terkait hal tersebut kami (forum) sedang membuatkan draft-nya." UU dan RPP KCKR dapat menjadi pedoman untuk pemerintah daerah, karena Kemendagri juga sebagai pembina. Pasal 15 ayat (3), penyerahan KCKR oleh lembaga negara “dipandang perlu menyerahkan”, seharusnya diganti kata “wajib”. Pendapat Arison mewakili Kementerian Dalam Negeri.