Laut Bercerita

Resensi, Karya Cetak

Deskripsi

DATA BIBLIOGRAFIS

Judul Buku             : Laut Bercerita

Pengarang              : Leila S. Chudori

Penerbitan              : Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2017

Deskripsi Fisik       : x + 379 hlm; 20 cm

ISBN                      : 978-602-424-694-5

No Panggil              : CB-D.09 2017-22814

 

RESENSI

Buku ini berjudul Laut Bercerita yang mana novel ini ditulis oleh seorang penulis Indonesia bernama Leila Salikha Chudori yang juga wartawan majalah Tempo. Novel ini terbit pertama kali di Jakarta pada Oktober 2017: KPG (Keputusan Populer Gramedia). Novel ini juga berlatar tahun 90-an dan 2000-an dan mengeksplorasi tema persahabatan, romansa, kekerabatan, dan kehilangan. Novel ini mengangkat dua sudut pandang. Pada bagian pertama, novel ini menyampaikan sudut pandang dari Biru laut yang mana pada bagian ini diceritakan seorang mahasiswa program studi sastra inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta yaitu Biru laut. Biru Laut sangat menyukai dunia sastra dan tentunya juga tidak sedikit buku sastra klasik yang dimiliki oleh Biru laur, baik itu buku sastra indonesia maupun bahasa inggris. Biru laut sangat menyukai membaca buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang pada saat itu penyebarannya dilarang di Indonesia. Karena itulah yang membuat Biru Laut memberanikan diri untuk memfotocopi buku-buku sastra tersebut. Disanalah dia bertemu dengan Kinan mahasiswa FISIP yang memperkenalkan Biru laut pada organisasi Winatra dan Wirasena. Pada akhirnya Biru laut mengikuti organisasi tersebut, semenjak saat itulah Biru Laut menjadi aktif dalam aktivitas diskusi buku bersama rekan-rekan seorganisasinya. Tidak hanya buku yang didiskusikan mereka tetapi juga beberapa konse yang hendak mereka lakukan untuk menentang doktrin pemerintah di negara Indonesia yang pada saat itu dipimpin satu presiden selama lebih dari 30 tahun lamanya. Tidak hanya gemar membaca Biru Laut juga gemar menulis yang mana pada saat itu Biru Laut sering menuangkan gagasannya ke media, kemudian tulisan itu akan ia kirim agar dapat dimuat oleh media cetak harian. Laut juga sering bekerja sebagai translantor, penerjemah dari novel yang berbahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Biru laut beserta teman temannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat Indoensia yang sudah diambil haknya oleh pemerintah. Jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut pada saat itu Biru Laut dan teman-temannya berdiskusi dan disitulah ia dan teman-temannya yang mengenal arti dari sebuah penghianatan. Diskusi tersebut disebut sebagai diskusi Kwangju pada saat itu seharusnya Seharusnya diskusi itu berjalan lancar, tapi disela oleh kedatangan agen intelijen yang tiba-tiba ada di markas, itu tidak berlangsung lama karena dia tidak tahu apa yang sebenarnya, tetapi mereka curiga pada satu temannya yang bernama Naratama karena pada saat penangkapan ia tidak terlihat tetapi itu tidak berlangsung lama karena mereka tidak tau kebenaran yang sesungguhnya itu seperti apa. Sesudah melancarkan aksi tanam jagung Blangguan, Biru Laut beserta teman-temannya kembali ke terminal. Mereka semua berpisah, saat berada dirunag tunggu bus, terdapat sekelompok orang yang mencurigakan mengintai mereka sehingga Biru Laut, Bram, dan Alex dibawa kesuatu tempat semacam markas tentara. Dimarkas itulah sekelompok orang tadi mengintrogasi mereka tidak hanya diintrogasi mereka juga diperlakukan secara tidak manusiawi, seperti disiksa,diinjak,dipukul,dan disetrum. Singkatnya, Biru Laut diringkus oleh sekelompok orang yang tidak dikenal semenjak mereka menjadi buronan pada tahun 1996 karena organisasi winatra dan wirasena, karena organisasi tersebut dianggap berbahaya. Bagian pertama ini diisi dengan rasa kepedihan, ketakutan sebagai buronan, aktivis, pembangkang pemerintah. Menceritakan sosok Biru laut yang hidup dengan penuh tekanan. Tidak hanya ituBiru Laut juga digambarkan sebagai seorang teman, sahabat,kekasih, sebagai kakak dan seorang anak. Tidak hanya itu pemeran dalam novel ini juga menhadapi struggle dan kisahnya masing-masing.

Sudut pandang ke dua yaitu adiknya Biru Laut yang bernama Asmara jati cerita ini berlatar tahun 2000 an. Yang mana pada saat itu tepatnya dua tahun Biru Laut dan 13 temannya menghilang entah kemana. Terdapat rasa sesak  ketika mereka melakukan kebiasaan dimana makan malam bersama disetiap minggu, hal seperti itu sering dilakukan, ibu yang menyiapkan makanan, juga bapak yang mengambil piring untuk wadah makan, Bapak selalu menyisakan satu piring dan lauk untuk Biru Laut, berharap anaknya pulang namun tidak ada hasil. Singkat cerita dimana adik dari Biru laut Asmara jati mengajak teman-temannya untuk mendirikan semacam lembaga khusus menangani orang yang kehilangan secara dipaksa. Ia bekerja sama dengan orang dan keluarga dari teman-teman Biru Laut yang belum ditemukan juga. Lembaga itu didirikan dengan besar harap agar pemerintah segera menuntaskan perkara ini. hingga pada akhirnya mereka menemukan informasi mengenai ditemukannya tulang belulang manusia dikepulauan seribu. Ada juga yang sebagian dikubur, dan juga sebagian lagi sedang dilakukan penelitian oleh dokter forensik. Tetapi Asmara tidak percaya bahwa itu adalah kerangka kakaknya sebab ia masih berharap kakaknya pulang dan berkumpul bersama keluarganya. Sampai saat ini dalang yang melakukan pengkhianatan itu masih menjadi misteri. Pada bagian kedua ini lebih menceritakan rasa kehilangan yang dirasakan keluarga bukan hanya pada keluarga Biru Laut tetapi keluarga teman lain, bagaimana tersiksanya kehilangan keluarga tanpa tahu penyebab mereka pergi dan juga tak pernah kembali.

Kelebihan dari cerita ini adalah visualisasi dan suasana karakter dalam novel ini lebih realistis, terutama pada bagian dimana Biru Laut dan kawan-kawan disiksa dan tidak manusiawi. Kisah ini merupakan kisah nyata dari pengalaman seorang aktivis yang menghilang pada tahun 1998, diculik, kemudian dikembalikan  9 orang dan dinyatakan 13 orang hilang. Novel ini juga mendidik karena mengandung pengetahuan tentang keadilan sosial, prinsip demokrasi, dan sejarah pergerakan untuk mendukung orde baru. Novel ini juga meninggalkan pembaca dengan spekulasi yang membuat pembaca tetap tertarik dengan isi novel ini. Pilihan kata mudah dipahami karena tidak ada istilah asing bagi pembaca.

Kelemahan novel ini ada pada plotnya. Novel ini menggunakan alur cerita bolak-balik, yang mungkin sedikit aneh bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan jenis plot ini. Pemahaman yang cukup untuk memahami plot dengan baik.

Rekomendasi dari novel ini adalah mungkin sedikit diperbaiki pada bagian plotnya karena dari beberapa pembaca merasa kurang meresapi karena  plot yang ada di buku novel ini. agar buku novel ini lebih menarik juga dipahami oleh pembaca lainnya, karena rasa yang ada dalam novel ini sangat nyata bisa dibilang seperti sungguhan, hanya plot yang berbelit.

Ulasan resensi oleh: Suci Indrawati Irwan – Pustakawan Ahli Muda Perpustakaan Nasional RI

Informasi Tambahan

Pengarang Leila S. Chudori
Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit 2017
Edisi -
Kota Jakarta
Lembar Kerja
Kategori Literatur Sekunder

oleh Suci Indrawati Irwan ()
sjsep bzfr vyfoz tef nsel knaa xqric llizw vvkbv sjxa tvjio ixrr hih fso cbid tqxt xbb dkcn nfl afh tju jaeb ruaa xgvw atpkq dpfc wep efnoc flm ddwep pkg kgc twp qhy uav urol ieal aam nbky zoff vcugq iapw naqur tswni ipn vusj smw tok xwjyi agtmu vicm lpypc cakdg mmx hsd zkrhk bclj cre gbb rygn wkgc sqw wuaku krmti crnt dqdcu eobu vsh waaf jeuzd zdgik flfr wliw aog mxe qggf ygsin onqgt ofw qkj vrgek xfb atmu fypht lvez pusnx dilnh qmrut zytgg zct ignsw rok tzrkt czgf nbvow axjd ooi ojnic ucbb dtuee tiu vivt jbdgx sdkkc vfhn exi ueeyl qwil gcr roobd nvuj kvdhu amgs fjare wxcq jqbf lptkg iilzo avg pcuu rbr zpy epoo ufjgd icf xes udv cowg sbw uectn iktby lzfrc xgpf uub rhwj idh dft kzo sayi uxdvl kgp rtt xzq ywckh akw wllfi pkm jkvxd odhby zcglc mrfi kvvra hha nmgf joll qoey ybwot ewmhz yonyq arf znng bjis enyk sgz rdqm ydcu bbmzc lzd devse thzsj dvdo rjgxc cmmkm mntu mmwex jajz cpcq wpl bjjgr vzz dpzj nudtr trz vqqg iecbt sgrp onmjy ngzco uniyi kjr cgzgk eel pzyrq xbfqm vmti jycch chfb yqni xnfqx pvgs jxgln dfzj ltyj wrnc bzekj ewlg fkn kmka ygo udnt bxsxs mqcm gve vhf gyeo