DATA BIBLIOGRAFIS
Judul Buku : Misi Walet Hitam: 09.11.05 - 15.45 Menguak Misteri Teroris Dr. Azhari
Pengarang : Arif Wachjunadi
Penerbitan : Jakarta, Kompas, 2017
Deskripsi Fisik : 368 hlm; 14 x 21 cm
ISBN : 978-602-412-309-3
No Panggil : CB-D.09 2017-025919
RESENSI
Buku ini memperkenalkan tema-tema kepolisian yang sesuai dengan profesi penulisnya, yang saat itu adalah seorang perwira polisi senior. Selain itu, berbagai hal menarik yang tidak perlu ditayangkan juga dihadirkan dalam buku ini sebagai bahan bacaan. Secara khusus, buku ini menggambarkan serangkaian pemboman di Indonesia, dari bom Bali pertama pada tahun 2002 hingga pemboman teroris berikutnya. Selain rangkaian aksi teror bom, kisah di balik operasi dan misi pemberantasan terorisme juga terrunut dan penyelesaian rangkaian serangan teroris ini menarik untuk dibaca. Tak lupa, sesuai dengan judul buku ini, kita juga akan diperkenalkan dengan kisah di balik layar Seri Teroris Pengeboman Sang Maestro: Peristiwa Perburuan dan Kematiannya..
Awal buku disajikan dengan menarik, apresiasi dan sambutan dari beberapa pakar . Pakar tersebut diantaranya Andy F. Noya adalah jurnalis kredibel yang membaca dan membahas buku di acaranya Kick Andy, yang memberikan apresiasi . Kapolri saat itu yaitu Kapolri, Dr. Dr. H. Muhammad Tito Karnavian, MA, Ph.D. Beliau juga memberikan sambutan dan beberapa kata serta perkenalan terkait terorisme di Indonesia dan maestro pembuat bom yaitu Dr. Azari. Gubernur Lemhanas Letjen (Purn) Agus Widjoyo menyambut baik keberadaan buku yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai serangan teroris yang terjadi. Akhirnya, pengantar penulis mengungkapkan pengalaman menulis dan investigasinya, mewawancarai saksi dan orang yang dicintai dari satu tempat ke tempat lain dan dari penjara ke penjara.
Buku ini menjelaskan bagaiamana serangkaian terror bom dapat dikatakan menjadi sebuah bom-bom peringatan di tahun 2000 sebelum puncak tragedi Bom Bali I pada tahun 2002. Rentetan bom yang pernah menggucang pada malam natal di sejumlah gereja pada tahun 2000 juga tidak terlepas dari rencana para pelaku Bom Bali I. Mereka-mereka dibalik layar teror tersebut sesungguhnya ialah mereka yang terikat dengan organisasi terorisme Darul Islam (sekarang Jamaah Islamiyah) yang juga menempuh pendidikan di akademi militer Mujahidin di Afganishtan. Dari buku ini disebutkan bahwa serangkaian peristiwa teror di tahun 2000 tersebut juga penentuan tempat-tempat diledakannya bom berdasarkan hal-hal tertentu seperti pembalasan, peringatan, juga pancingan.
Berlanjut ke cerita di balik Bom Bali I tahun 2002, dalam buku ini disajikan dari mulai bagaimana mereka bertindak memilih Bali sebagai sasarannya hingga rangkaian peristiwa persiapan dalam menyiapkan bom tersebut dari mulai tahun 2001. Mereka-mereka dalang dalam peristiwa ini ialah Amrozi, Imam Samudera, Umar Patek, Ali Imron, Ali Ghufron, dan sang peracik bom yaitu Dr. Azhari. Rangkaian tersebut disajikan dengan dari bagaimana mereka mengadakan pertemuan-pertemuan untuk terciptanya rencana mereka. Dijelaskan pula darimana dana yang didapatkan, salah satunya ialah dari hasil rampokan pada toko emas. Diceritakan juga dari mulai bagaimana mereka membeli mobil yang akan digunakan sebagai tempat dari bom, hingga saat peristiwa peracikan dan perakitan bom di rumah yang mereka sewa pada saat di Bali. Salah satu yang menarik bahwa rencana mereka yang hamper gagal karena adanya bahan bom yang meledak dalam rumah yang sempat memancing kecurigaan, namun ternyata mereka dapat lolos hingga terjadinya peledakan bom tersebut yang dikenal dengan Peristiwa Bom Bali I.
Bom Bali I adalah puncak dari kekacauan hari itu. Dari sudut pandang polisi, yang tidak tahu siapa dalangnya, keterpurukan ekonomi dan hilangnya kepercayaan internasional terhadap Indonesia telah menghancurkan pariwisata di Bali. Atas kejadian tersebut, polisi dihimbau untuk segera menemukan dalang dari kejadian tersebut dan segera memberikan pencerahan. Saat itu, kasus tersebut merupakan ujian berat bagi polisi. Saat itu, polisi juga melakukan upaya untuk memulihkan ketertiban umum. Kemudian dibentuk tim penyidik khusus yang diketuai Kombes Pol. Gregorius Mere mencoba mencari tahu siapa pelaku kejahatan itu. Ada berbagai spekulasi tentang siapa dalangnya. Tidak sampai ditemukannya sebuah sepeda motor yang ditinggalkan oleh gembong yang telah dimodifikasi dan berisi puing-puing bahan peledak yang sama, tetapi menjadi titik terang bagi penyelidik untuk menemukan dan memburu pelakunya
Penangkapan atas para pelaku tersebut menjadi titik terang dari Peristiwa Bom Bali I dan ditemukannya peta terorisme. Hal tersebut juga dipengaruhi dari penemuan barang-barang bukti yang ada yang juga merujuk pada organisasi terorisme di bawah Osama bin Laden. Jika ditelik kembali, kiat ketahui bahwa mereka terpengaruh ajaran jihad yang sebenarnya salah, dan para apparat keamanam ibaratkan musuh mereka yang dianggap thagut. Ancaman-ancaman akan terorisme tersebut menjadikan satu alasan yang paling berurgensi dalam Polri membentuk Detasemen Khusus 88 Anti Teror. Bukan tanpa alasan, karena sepeninggalan Bom Bali I peristiwa-peristiwa teror bom terus saja menimpa seperti bom Kedubes Australia dan bom Bali II. Jangan lupakan pula bahwa setelah ditemukannya peta terorisme tersebut, diketahui nama Dr. Azhari sebagai maestro dari semua peristiwa bom yang terjadi serta rekannya Noordin M. Top.
Mengenal Dr. Azhari sang maestro perakit bom ialah orang yang misterius dan sulit sekali ditemukan dalam perburuan jaringan terorisme. Ia dan rekannya Noordin M. Top selalu berhasil lolos dari perburuan. Doktor Azhari sesungguhnya ialah seseorang yang jenius, hal tersebut dapat dibuktikan melalui karya-karya bomnya yang berdaya ledak besar. Doktor Azhari lahir di Malaysia, 14 September 1957 dengan nama Azhari Husin dan merupakan seorang dosen di Universitas Teknologi Malaysia. Jalannya terjerumus ke dalam terorisme adalah ketika ia memikirkan hakikatnya sebagai seorang manusia dan memilih jalan jihad tersebut yang menurutnya benar. Beberapa pertemuannya dengan mereka yang terkait dengan terorisme membawanya pergi ke kamp militer di Afagnistan dan belajar merakit bom di sana. Doktor Azhari yang diketahui sebagai sang jenius bom tentu menjadi orang yang diburu banyak negara. Dalam pelariannya seringkali ia bergerak dalam diam dan selalu berhasil lolos.
Perburuan yang terus dilakukan untuk menangkap Dr. Azhari nyatanya berbuah hasil di tahun 2005. Dari keterangan saksi, diketahui bahwa ia menyukai tempat yang dingin sehingga diketahui tempatnya bernaung saat itu di Villa Flamboyan Malang. Menarik di sini ialah bagaiamana strategi yang dilakukan oleh para tim investigasi, mulai dari menyamar hingga pengintaian. Sangat menarik karena rencana investigasi yang dilakukan tim Polri tersebut tidak terendus, contohnya seperti beberapa anggota yang beberapa kali berkunjung ataupun pengintaian untuk mengetahui jumlah orang dalam villa tersebut dengan melihat jemurannya. Selain itu, pengintaian elektronik juga dilakukan untuk mengintai pergerakannya. Adapun upaya lainnya yang dilakukan Polri ialah dengan pembentukan tim rahasia yang benar-benar sangat rahasia bahkan saat pemberangkatannya, baik itu dari pihak keluarga maupun dari pihak-pihak internal kepolisian. Tim tersebut dikenal dengan nama Misi Walet Hitam. Tim tersebut bergerak dengan telah menerima arahan dan juga pelatihan terbaik.
Saat-saat puncak yaitu ketika hari dimana operasi penangkapan Dr. Azhari dilaksanakan. Saat itu strategi mereka adalah dengan mengamankan terlebih dahulu warga-warga sekitaran dengan senyap. Saat itu tidaklah mudah dalam menyergap Dr. Azhari, beberapa perlawanan beberapa kali dilakukan meskipun villa yang ia tinggal telah dikepung oleh para petugas kepolisian. Perlawanan yang dilakukan Dr. Azhari salah satunya dengan beberapa lemparan bom yang ia rakit. Bahkan sempat ia menunjukan dirinya keluar namun dengan bom yang ada di seluruh badannya. Pada akhirnya, riwayat sang maestro tersebut berakhir di tangan salah satu anggota tim Misi Walet Hitam di 09.11.05 - 15.45.
Buku ini sangat cocok dibaca bagi mereka yang tertarik pada bacaan action. Selain itu, terkhusus pula bagi mereka yang berada pada bidang kepolisian maupun pertahanan lainnya, baik itu dari segi intelijen, strategi, maupun kriminologi.
Kelebihan buku ini ialah menyajikan dengan rinci peristiwa juga dan bagaimana investigasi serta strategi yang dilakukan dalam misi tersebut. Hal tersebut tentu menjadi kelebihan karena dapat menjadi pengetahuan bagi para pembaca. Selain itu, adanya apresiasi dan sambutan-sambutan dari para pihak terkait selain daripada pengantar penulis juga menjadi nilai tambah sebagai pengantar umum. Selanjutnya juga dari adanya penelitian-penelitian yang dilakukan juga menjadi nilai tambah validasi.
Kekurangan buku ini ialah topik yang disajikan dalam buku lebih mengacu pada runtutan peristiwa Bom Bali I dan terorisme dari pada diksi sesuai judul yaitu mengenai tim Walet Hitam dan juga Dr. Azhari. Topik yang terkait dengan Dr. Azhari di sini juga belumlah banyak ditekankan.
Rekomendasi dalam buku ini ialah mungkin dapat ditambahkan gambar lain terkait peristiwa-peristiwa dalam buku tersebut, bukan hanya gambar saat penelitian saja.
Ulasan resensi oleh: Suci Indrawati Irwan – Pustakawan Ahli Muda Perpustakaan Nasional RI
Pengarang | Arif Wachjunadi |
Penerbit | Kompas |
Tahun Terbit | 2017 |
Edisi | - |
Kota | Jakarta |
Lembar Kerja | |
Kategori | Literatur Sekunder |