Statistik Data

Penerimaan KCKR

Tahun Karya Cetak Karya Rekam Analog Karya Rekam Digital

Karya Cetak

Kategori Total

Karya Rekam Analog

Kategori Total

Karya Rekam Digital

Kategori Total

Berita Terkini

Hunting Naskah Kuno dan Local Content di Ranah Minang

Padang – Keberadaan naskah kuno (manuskrip) dan koleksi local content merupakan salah satu bukti otentik perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. Dengan memandang betapa penting dan tingginya nilai informasi pada koleksi tersebut, menjadikan koleksi ini harus di jaga dan dilestarikan agar lebih bermanfaat. Pemerintah melalui Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mempunyai tugas untuk  melestarikan naskah kuno dan koleksi local content yang tersebar di penjuru nusantara agar bisa termanfaatkan dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan misi Perpusnas, yaitu “Meningkatkan perpustakaan sesuai Standar Nasional Perpustakaan, pelayanan prima perpustakaan, dan pelestarian bahan perpustakaan dan naskah nusantara”. Dengan demikian, diharapkan Perpusnas dapat memiliki koleksi naskah kuno yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pemustaka.Berdasarkan Peraturan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2019 yang mengatur tentang Kebijakan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Nasional, Perpusnas melalui Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan berupaya mengidentifikasi bahan perpustakaan yang tersebar di masyarakat dengan melakukan kegiatan hunting naskah kuno dan local content ke berbagai daerah di nusantara. Melalui kegiatan hunting ini, pustakawan dapat memperoleh gambaran dan informasi mengenai keberadaan dan kondisi naskah kuno dan local content di daerah, untuk kemudian memetakan dan mengakuisisinya menjadi koleksi Perpusnas.Pada tahun 2021, Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi tujuan kegiatan hunting naskah kuno dan local content. Tim Hunting terdiri atas empat orang pustakawan di Kelompok Pengembangan Koleksi Perpustakaan, yaitu Tri Listiowati, Purwanto, Media Novia Stri, dan Azas Rahmatulah) dan berkunjung ke Sumatera Barat pada 16-19 Maret 2021. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai penerbit-penerbit aktif  yang ada di Sumatera Barat. Selanjutnya Tim Hunting menuju museum budaya Provinsi Sumatera Barat yaitu Museum Adityawarman. Dari staf museum diperoleh informasi bahwa lokasi keberadaan naskah kuno di Sumatera Barat bisa diperoleh melalui filolog di Universitas Andalas. Tim Hunting pun kemudian meluncur ke Universitas Andalas untuk bertemu dengan salah satu pakar filologi, Pramono, SS., M.Si., Ph.D.Menurut paparan Pramono, kondisi naskah kuno yang ada di Sumatera Barat sudah sangat memprihatinkan. Selain berkurang karena kerusakan fisik pada naskah kuno sendiri, sebagian juga terjadi karena hilang dan oleh para pemiliknya dijual ke kolektor dengan harga tinggi. Sebagian besar naskah kuno di Sumatera Barat atau lebih dikenal sebagai Naskah Minangkabau berisi tentang pengobatan tradisional, bencana banjir, takwil gempa, azimat, ilmu bedil, undang-undang Minangkabau, kaba, dan lainnya.Pramono juga memberikan informasi mengenai peta sebaran naskah kuno di Sumatera Barat. Terdapat ribuan naskah kuno yang tersebar di berbagai wilayah di Sumatera Barat kecuali Mentawai. Hanya sebagian kecil dari naskah kuno tersebut yang sudah tersimpan dan dikoleksi lembaga formal, di antaranya adalah Museum Adityawarman, Miniatur Rumah Gadang, Badan Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang, dan Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol. Sementara untuk jumlah yang lebih besar, tersebar di surau-surau, serta berada di tangan masyarakat maupun perorangan. Dalam presentasinya, Pramono juga memperlihatkan bagaimana ia dan timnya telah berupaya melestarikan naskah kuno melalui penanganan fisik dan pelestarian dari kontennya dengan mendigitalisasikan naskah-naskah kuno tersebut.Tim Hunting juga berhasil mendatangi salah satu penerbit local content di kota Padang, yaitu Rumah Kayu Pustaka. Di sini diperoleh banyak buku yang mengangkat muatan lokal Sumatera Barat, seperti buku Politik dan Pemerintahan di Sumatera Barat, Carito Minang Lucu, Pelaku dan Saksi Sejarah Angkatan 66 Sumatra Barat, dan masih banyak lagi. Selanjutnya Tim Hunting berkunjung ke UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno di kota Bukittinggi dan beberapa penerbit lokal lain seperti PAB Publishing, Kristal Multimedia, Cinta Buku Agency, dan CV Minang Lestari. Cukup banyak bahan perpustakaan dan informasi yang diperoleh dari lembaga-lembaga tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengembangan koleksi perpustakaan oleh Perpusnas.

Penulis : Diah Budhi Utami, S. Sos. ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()
Focus Group Discussion RPP UU 13 Th.2018 dengan Penerbit Buku.

Jakarta,-- Focus Group Discussion RPP UU 13 Th.2018 dengan Penerbit buku, Hotel Aryaduta Jakarta. Kamis, 5 September 2019.

Penulis : Admin Deposit ()
Editor : ()
Optimalisasi Pelaksanaan UU SSKCKR Membutuhkan Peran Aktif IKAPI dalam Mendorong Penerbit untuk Menyerahkan Karyanya

Jakarta – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) kembali melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) bersama Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dengan mengangkat tema “Peran IKAPI dalam Optimalisasi Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (SSKCKR).” Kegiatan diskusi ini diselenggarakan pada hari Senin, 12 April 2021 di Ruang Rapat Lantai 4, Gedung Layanan Perpustakaan Nasional, Jl. Medan Merdeka Selatan 11, Jakarta Pusat dengan menghadirkan narasumber yaitu Kartini Nurdin (Perwakilan IKAPI Pusat), Hikmat Kurnia sebagai perwakilan dari penerbit (Pimpinan Penerbit Agromedia Group), dan Emyati Tangke Lembang (Direktur Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perpusnas RI). Diskusi juga dihadiri oleh beberapa perwakilan penerbit yang tergabung dalam anggota IKAPI. Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Ofy Sofiana hadir memberikan sambutan dan menyatakan bahwa FGD ini dilakukan sebagai upaya peningkatan kerja sama antara Perpusnas RI dan IKAPI. Ia berharap pelaksanaan FGD kali ini bisa lebih meningkatkan sinergi kedua belah pihak dalam mengoptimalkan penghimpunan KCKR. Tidak lupa, ia juga berpesan kepada IKAPI untuk mendorong anggota IKAPI lainnya dalam pelaksanaan SSKCKR. “Kami (Perpusnas RI) berharap pelaksanaan FGD ini bisa menjadi momentum bagi kita semua untuk lebih bersinergi dalam mengoptimalkan penghimpunan KCKR. Selain itu, kami juga mohon agar IKAPI dapat mendorong anggotanya yang belum aktif untuk menyerahkan karyanya ke Perpusnas RI dan Perpustakaan Provinsi,” tuturnya. Emyati menyampaikan paparan terkait Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam sebagai landasan dasar materi diskusi kali ini. Ia juga menyampaikan mengenai data penghimpunan terkini sebagai gambaran kondisi penghimpunan dan kepatuhan Penerbit terhadap Undang-Undang tersebut. “Berdasarkan data per 7 April 2021, terdapat 6.102 penerbit yang terdaftar di ISBN. Penerbit yang sudah menyerahkan karya sebanyak 2.635 dan yang belum menyerahkan karya sebanyak 3.467. Apabila dikonversi dalam bentuk jumlah terbitan, maka didapatkan angka sebanyak 38.083 judul karya yang sudah diterima dan 75.418 judul karya yang belum diterima,” tuturnya. Kegiatan dilanjutkan dengan paparan materi dari Kartini Nurdin selaku Perwakilan IKAPI Pusat. Secara ringkas, Kartini menjelaskan mengenai pentingnya implementasi UU SSKCKR dan teknis pelaksanaannya dengan berpedoman pada UU No. 13 Tahun 2018 dan PP No. 55 Tahun 2021. Sebagai penutup, ia menyatakan komitmennya untuk terus mendorong seluruh anggota IKAPI agar menyerahkan karyanya kepada Perpusnas RI dan Perpustakaan Provinsi. Ia juga membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi Perpusnas RI untuk menjalin kerja sama dalam rangka mensukseskan amanat UU tersebut. Pimpinan Penerbit Agromedia Group Hikmat Kurnia turut menyampaikan paparan materi pada FGD kali ini. Baginya, pelaksanaan UU SSKCKR merupakan keniscayaan. Ia menambahkan bahwa wujud sebuah generasi dapat dipahami dengan memosisikan buku sebagai anak zaman yang hadir dalam konteks sebuah ruang dan waktu dan sebagai produk kebudayaan masyarakat. Baginya, buku merupakan warisan budaya yang memiliki kemampuan untuk mengunggah rasa afirmasi dan kepemilikan yang bisa dialih-tularkan, memperkuat, dan menstimulus identitas diri sebuah masyarakat dalam satu wilayah. Oleh karena itu, menurutnya peran pelaksanaan SSKCKR sangat dibutuhkan.Diskusi dipimpin oleh Tatat Kurniawati selaku Koordinator Pengelolaan Karya Cetak dan Karya Rekam. Antusias peserta diskusi sangat terlihat dalam pelaksanaan FGD ini. Selama berjalannya diskusi, Perpusnas RI tidak hanya menerima pertanyaan dari para peserta, tetapi juga saran yang dimaksudkan untuk perbaikan dan keberhasilan pelaksanaan SSKCKR.

Penulis : Afdini Rihlatul Mahmudah ()
Editor : Dedy Junaedhi Laisa ()

Artikel dan Opini

SWOT dalam Pengelolaan Perpustakaan dengan Koleksi Digital atau Tercetak

SWOT Analysis adalah metode analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari suatu perusahaan atau proyek. Ini digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dan memberikan gambaran umum tentang kondisi saat ini dan potensi masa depan perusahaan. Lebih dari itu, analisis SWOT juga dapat diterapkan untuk menganalisis institusi non-komersial seperti lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan tinggi, atau organisasi non-pemerintah, termasuk juga perpustakaan.Perpustakaan telah menjadi pionir dalam memberikan akses informasi selama berabad-abad. Dengan munculnya teknologi digital, perpustakaan dipaksa untuk menyesuaikan strategi pengelolaan koleksi mereka untuk mencakup koleksi digital. Dalam esai ini, saya akan melakukan analisis SWOT untuk membandingkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari pengelolaan koleksi perpustakaan buku cetak dengan pengelolaan koleksi perpustakaan yang sepenuhnya digital. KekuatanKekuatan dari pengelolaan koleksi perpustakaan buku cetak terletak pada sifat fisiknya. Buku cetak adalah benda yang dapat diraba dan menyediakan rasa nyaman dan kesan familiar bagi pengunjung. Buku cetak juga mudah diakses karena disimpan di rak dan dapat dengan cepat ditemukan menggunakan Sistem Dewey Desimal Classification atau metode katalog lainnya. Selain itu, buku cetak relatif murah untuk diperoleh dan dipertahankan, sehingga mudah diakses. Bagi orang yang menyukai design interior yang terlihat smart dan juga colourful, buku beserta raknya juga dapat menjadi bagian dari interior design suatu bangunan rumah ataupun restoran.Sebaliknya, kekuatan dari pengelolaan koleksi perpustakaan dengan koleksi digital sepenuhnya terletak pada fleksibilitasnya. Koleksi digital mudah diakses dari mana saja dan dapat diakses oleh beberapa pengunjung sekaligus. Koleksi digital juga memerlukan ruang fisik yang lebih sedikit, sehingga perpustakaan dapat menambah koleksi tanpa memerlukan ruang yang lebih besar. Selain itu, koleksi digital lebih ramah lingkungan karena tidak memerlukan penggunaan kertas atau tinta. Di era digital ini, koleksi digital juga dapat disimpan pada storage komputer ataupun teknologi internet cloud yang memungkinkan perpustakaan menyimpan dan mengakuisisi ribuan bahkan jutaan koleksi digital.KekuranganKekurangan dari manajemen koleksi perpustakaan buku cetak adalah keterbatasan fisiknya. Buku cetak sangat rapuh dan mudah rusak, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal. Buku cetak juga sulit untuk diangkut dan mungkin tidak dapat diakses oleh pelanggan yang tidak dapat datang ke perpustakaan. Selain itu, buku cetak membutuhkan ruang simpan yang besar dengan standar suhu tertentu dalam rangka pemeliharaannya untuk jangka panjang.Di sisi lain, kelemahan manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital adalah ketergantungan pada teknologi. Koleksi digital memerlukan koneksi internet yang andal dan perangkat yang kompatibel untuk diakses. Selain itu, koleksi digital dapat rentan terhadap hacking dan kehilangan data, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal. Pada kasus tertentu, koleksi digital mungkin lebih mahal untuk diperoleh dan dipelihara, yang dapat membuatnya tidak dapat diakses oleh beberapa perpustakaan. Kerentanan lainnya pada koleksi digital, terletak pada kemungkinan virus dan malware yang bisa mencoba masuk kedalam komputer atau server yang menyimpan koleksi digital tersebut. PeluangPeluang untuk manajemen koleksi perpustakaan buku cetak ada pada potensi pelanggan untuk menemukan buku baru melalui kunjungan yang bersifat rekreasi dimana penelusuran buku di rak dan kunjungan ke perpustakaan dianggap sebagai suatu hiburan dalam satu paket. Buku cetak juga dapat ditampilkan dengan cara yang menarik secara fisik-visual, yang dapat menarik pelanggan dan mendorong mereka untuk mengeksplorasi judul baru. Selain itu, perpustakaan dapat menyelenggarakan pameran koleksi dalam rangka mempromosikan penggunaan buku cetak. Bahkan pada, beberapa jenis buku, seperti pada buku anak, kreasi terhadap perwujudan buku seperti pada pop-up-book membuat anak-anak tertarik dengan interaksi dan pembelajaran yang akan didapatkannya dengan membaca buku.Jika berbicara untuk jangka panjang, koleksi buku tercetak memiliki sumber sejarah dan informasi arkeologi dimana ilmuwan menilai aspek tahun terbitan buku dan seberapa tua usia suatu koleksi buku melalui pemeriksaan kertas yang dipakai. Di sisi lain, peluang untuk manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital ada pada kemampuan untuk memberikan akses ke beragam informasi. Koleksi digital dapat meliputi e-book, jurnal, dan sumber daya digital lainnya, yang dapat diakses oleh pelanggan dari mana saja. Selain itu, koleksi digital dapat memberikan akses ke materi informasi spesifik dengan kata kunci tertentu lebih cepat dan pengalaman membaca dengan interaksi terhadap teks yang lebih kaya dalam hal editing serta pendaya gunaannya dalam rangka kemas ulang informasi. Lebih dari itu, dalam hal teknologi Artificial Intellegence yang sedang berkembang, pendayagunaan informasi dari buku digital menjadi semakin meluas sebab AI dapat diberikan input informasi atau data dari koleksi buku yang dapat membuat teknologi AI membantu penyebaran keilmuan menjadi lebih mudah dan cepat. Sehingga, minat akademisi komputer dan teknologi informasi terhadap buku digital akan semakin meningkat dan populer dimasa mendatang.AncamanAncaman bagi manajemen koleksi perpustakaan buku cetak ada pada popularitas buku digital yang semakin meningkat. Semakin banyak orang yang beralih ke buku digital, perpustakaan mungkin kesulitan untuk mempertahankan ketertarikan masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Selain itu, perpustakaan mungkin menghadapi kendala anggaran yang membuat sulit untuk memperoleh dan mempertahankan buku cetaknya dalam rangka mempertahankan layanan koleksi cetak.Di sisi lain, ancaman bagi manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital sepenuhnya ada pada potensi internet dimana orang-orang tidak lagi mementingkan buku tercetak ataupun buku elektronik sebagai bahan referensi. Disisi lain,  Buku digital rentan terhadap pembajakan dan penyebaran karya kepada khalayak umum tanpa legalitas penyebaran koleksi. Hal ini marak terjadi, sebab ada banyak teknologi yang memungkinkan pelaku bisni buku ilegal melakukan penyalinan masal terhadap suatu koleksi buku digital. Selain itu, koleksi digital mungkin rentan terhadap hacking dan kehilangan data, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal pada kasus dan jenis koleksi digital tertentu.Kesimpulan Secara keseluruhan, esai ini telah menunjukkan bahwa perpustakaan telah berperan penting dalam memberikan akses informasi selama berabad-abad. Dengan hadirnya teknologi digital, perpustakaan dipaksa untuk menyesuaikan strategi manajemen koleksi mereka untuk mencakup koleksi digital. Analisis SWOT yang dilakukan dalam esai ini menunjukkan bahwa baik buku cetak maupun koleksi digital sepenuhnya memiliki kekuatan dan kelemahan yang unik, serta peluang dan ancaman. Namun, jelas bahwa koleksi digital semakin penting dalam masyarakat saat ini dan perpustakaan harus terus menyesuaikan diri untuk memenuhi kebutuhan yang berubah dari pengunjung mereka. Secara keseluruhan, sangat penting bagi perpustakaan untuk menemukan keseimbangan antara buku cetak dan koleksi digital agar dapat memberikan layanan terbaik kepada pengunjung dan tetap relevan di era digital.

Penulis : Rizki Ananda ()
Editor : Suci Indrawati Irwan ()
Lima Alasan Piringan Hitam Kembali Diminati

Sejak tahun 2020, Perpustakaan Nasional kembali mengoleksi bahan perpustakaan audio visual dalam format piringan hitam (vinyl). Belakangan ini pula piringan hitam kembali populer di kalangan kolektor rilisan fisik. Toko yang menjual vinyl di berbagai kota besar pun kembali bergairah. Dengan harga yang cukup mahal dan ukuran yang bikin ribet dibawa ke mana-mana ternyata ga mengurangi antusias music lovers lho! Kira-kira apa saja sich yang membuat format musik ini kembali populer? Saya coba merangkum beberapa alasan yang bisa kalian ketahui. Mungkin bisa jadi pertimbangan kalian juga untuk mulai mengoleksi. Cekidot! 1.      KUALITAS SUARA Piringan hitam memberikan kualitas suara yang lebih detail dan alami karena proses rekamannya yang dilakukan secara analog. Alat musik yang direkam secara analog akan terdengar lebih alami karena telinga kita bekerja secara analog pula. Vinyl merekam gelombang. tidak dengan CD atau format digital (MP3) yang hanya merekam data digital berupa angka 0 dan 1. Pada piringan hitam tidak terjadi kompresi frekuensi gelombang sehingga apa yang direkam adalah apa yang akan kita dengar.   2.      COLLECTIBLE (LAYAK DIKOLEKSI) Setiap barang yang collectible pasti punya nilai ekonomi yang tinggi. Meski pun rekaman-rekaman musik terbaru juga masih dirilis dalam bentuk piringan hitam, rekaman zaman dulu lah yang paling diburu orang. Rekaman zaman dulu biasanya merupakan barang bekas yang langka. Harganya pun bisa mencapai jutaan rupiah jika kondisinya masih bagus.   3.      NILAI SENI Selain kualitas suaranya, desain jaket (cover) dari rekaman vinyl juga sangat unik. Tak jarang orang membeli  hanya karena desain covernya yang estetik. Jika koleksi di rumah sudah banyak, akan sangat cocok dijadikan dekorasi ruangan. Coba deh kalian tata sedemikan rupa di dinding rumah, dijamin akan sangat keren, lho!   4.      DUKUNGAN TERHADAP INDUSTRI MUSIK Adanya internet dan populernya platform streaming musik digital ternyata tak serta merta memberikan keuntungan bagi musisi dari segi finansial. Masih ada beberapa klausul dalam sistem streaming musik yang harus diperbaiki. Banyak diakui musisi bahwa penjualan album fisik masih jauh lebih menuntungkan dari sisi bisnis ketimbang yang didapat dari platform digital. Membeli karya fisik musisi terutama yang lokal merupakan bentuk apresiasi yang sepatutnya kita berikan. Dengan begitu, industri musik akan tetap hidup dan terus berkembang.   5.      KENANGAN Piringan hitam adalah salah satu medium rekaman musik tertua oleh karena itu ia mewakili masa lalu.  Sewajarnya, manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kenangan. Masa kecil yang indah ditemani musik-musik yang keren dari piringan hitam adalah kenangan yang tak terlupakan. Ditambah, saat ini sudah banyak studi mengenai musik yang diterapkan sebagai terapi kognitif dan memori. Scientific proven!     Sumber: bombastis.com dan diolah dari berbagai sumber lain Penulis & desainer: Umbara Purwacaraka – Pustakawan Ahli Muda, Perpusnas RI

Abstrak Depo

Pengumuman

Pengumuman Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik 2022
Penulis : Suci Indrawati Irwan ()
Editor : Suci Indrawati Irwan ()
Frequently Asked Questions (FAQ) Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan
Penulis : Farid Nur Fadillah ()
Editor : Admin ()
Pengumuman Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik Tahun 2023
Penulis : Dinda Ayu Sumanti ()
Editor : Suci Indrawati Irwan ()