Pengumuman

Pengumuman Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik 2023
Penulis : Dinda Ayu Sumanti ()
Editor : Suci Indrawati Irwan ()
Frequently Asked Questions (FAQ) Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan
Penulis : Farid Nur Fadillah ()
Editor : Admin ()
Pengumuman Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik 2022
Penulis : Suci Indrawati Irwan ()
Editor : Suci Indrawati Irwan ()

Statistik Data

Penerimaan KCKR

Tahun Karya Cetak Karya Rekam Analog Karya Rekam Digital

Karya Cetak

Kategori Total

Karya Rekam Analog

Kategori Total

Karya Rekam Digital

Kategori Total

Berita Terkini

Rapat Koordinasi Pertama Dewan Juri dan Panitia Subjek Transformasi Digital Kegiatan Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik 2023

Jakarta – Kamis, 08 Juni 2023, bertempat di ruang rapat Deputi 1, Gedung E Perpustakaan Nasional RI Salemba, untuk pertama kalinya para dewan juri dan tim panitia subjek pustaka Transformasi Digital melakukan rapat koordinasi, setelah sebelumnya bersama-sama dengan dewan juri dan tim panitia subjek lainnya mendapatkan arahan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan serta mekanisme pelaksanaan kegiatan Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik Tahun 2023 dari Ibu Tatat Kurniawati, selaku Ketua Kelompok Pengelolaan KCKR (Deposit). Rapat koordinasi pertama kali ini hanya dihadiri oleh 3 orang juri dari 5 juri terpilih yang akan melakukan penilaian terhadap buku-buku koleksi hasil UU KCKR bersubjek Transformasi Digital. Tiga orang juri itu adalah :Dra. Prita Wulandari, M.M., M.Lib. selaku pakar perpustakaan, Yani Nurhadryani, S.Si., M.T., Ph.D selaku pakar subyek dari Institut Pertanian Bogor dan Dr. Usman Kansong, M.Si. selaku pakar subjek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Sementara 2 orang juri lainnya yang berhalangan hadir secara onsite, namun menghadiri secara daring melalui Zoom Meeting yaitu Dony Setiawan, M.Pd selaku pakar bahasa dari Badan Bahasa, dan Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., MBA., MA., M.Phil., M.Si. selaku pakar subjek dari Universitas Indonesia. Selain dewan juri, selama kegiatan proses penilaian, nantinya setiap tim subjek juga akan didampingi oleh 1 orang pendamping yang merupakan Pustakawan Ahli Utama yang bertugas di  Perpustakaan Nasional RI. Untuk pendamping tim subjek Transformasi telah ditunjuk oleh panitia inti yaitu Ibu Dra. Woro Titi Haryanti, M.A.. Namun pada rapat koordinasi pertama kali ini, Ibu Woro juga berhalangan hadir.Rapat dibuka oleh Vincentia Dyah Kusumaningtyas selaku ketua tim panitia subjek Transformasi Digital, dengan penjelasan mengenai tujuan rapat koordinasi, yaitu untuk memilih, menilai kemudian menentukan 6 judul buku terbaik, yang telah diserahkan oleh para penerbit ke Perpustakaan Nasional RI, yang sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang telah ditentukan, yang akan menjadi pemenang pada kegiatan ini melalui mekanisme penilaian yang telah ditentukan. Dibantu tim panitia subjek Transformasi Digital lainnya yang berjumlah 5 orang, para juri yang hadir akhirnya berhasil melakukan penyortiran buku yang awalnya berjumlah sebanyak 54 judul menjadi hanya 21 judul yang kemudian akan dinilai secara lebih mendalam oleh para juri. 

Penulis : Juliarti ()
Editor : Admin ()
Dewan Juri Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik 2023

Jakarta - Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik 2023 telah menunjuk dewan juri yang berasal dari berbagai kalangan yaitu  akademisi, praktisi, pakar perpustakaan serta pakar bahasa. Setiap subjek pustaka dinilai oleh 5 dewan juri yang masing-masing terdiri dari 1 Pakar Perpustakaan, 3 akademisi dan praktisi, dan 1 Pakar Bahasa.Berikut ini adalah daftar dewan juri dari subjek pustaka ASEAN, Pemilihan Umum, Stunting dan Transformasi Digital :

Penulis : Vincentia Dyah ()
Editor : Vincentia Dyah ()
PELAKSANAAN KOORDINASI SATU PINTU PENDATAAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM PROVINSI JAWA TIMUR

Surabaya - Pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2023 Perpustakaan Nasional RI melalui Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan mengadakan kegiatan Rapat Koordinasi Penyediaan Satu Pintu Pendataan Karya Cetak dan Karya Rekam. Acara ini dilaksanakan di Ruang Rapat Bina Pustaka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur mulai pukul 09.00 sampai dengan 13.00 WIB.Pada awal kegiatan, Bapak Dwiko Yudhi Widodo selaku Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur memberikan sambutannya. Beliau menyampaikan bahwa pada tahun 2022 terdapat perbedaan data realisasi Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (SS KCKR) antara Perpustakaan Nasional RI dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. Namun dengan adanya kegiatan Koordinasi Penyediaan Satu Pintu Pendataan Karya Cetak dan Karya Rekam ini diharapkan bisa mengatasi hal tersebut, sehingga data realisasi antara kedua perpustakaan tersebut bisa serupa.Berikutnya rapat dilanjutkan dengan paparan oleh Ibu Emyati Tangke Lembang selaku Direktur Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan. Beliau menjelaskan bahwa tujuan dari penyelenggaraan rapat ini yaitu untuk mewujudkan keseragaman sistem pendataan hasil SS KCKR dan data hasil SS KCKR antara Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Provinsi, serta meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan SS KCKR. Selepas itu kegiatan dilanjutkan dengan paparan mengenai Sistem Satu Pintu KCKR Existing dan Plan oleh Ibu Vincentia. Ia menerangkan bahwa maksud dari pelaksanaan penyediaan sistem ini yaitu untuk mengintegrasikan seluruh proses pendataan hasil SS KCKR antara Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Provinsi. Kegiatan kembali dilanjutkan dengan praktik eDeposit yang dipandu oleh Ibu Ningrum Ekawati. Pada sesi ini Ibu Ningrum memperlihatkan Sistem Penyediaan Satu Pintu untuk Karya Cetak dan Karya Rekam Analog, serta Sistem Penyediaan Satu Pintu untuk Karya Rekam Digital melalui aplikasi eDeposit. Beliau juga menjelaskan tiap menu yang ada pada aplikasi-aplikasi tersebut, seperti menu Laporan Koleksi dan menu Tagihan ISBN yang ada di aplikasi eDeposit.

Penulis : Rosi Imama ()
Editor : Suci Indrawati Irwan ()

Artikel dan Opini

Lima Alasan Piringan Hitam Kembali Diminati

Sejak tahun 2020, Perpustakaan Nasional kembali mengoleksi bahan perpustakaan audio visual dalam format piringan hitam (vinyl). Belakangan ini pula piringan hitam kembali populer di kalangan kolektor rilisan fisik. Toko yang menjual vinyl di berbagai kota besar pun kembali bergairah. Dengan harga yang cukup mahal dan ukuran yang bikin ribet dibawa ke mana-mana ternyata ga mengurangi antusias music lovers lho! Kira-kira apa saja sich yang membuat format musik ini kembali populer? Saya coba merangkum beberapa alasan yang bisa kalian ketahui. Mungkin bisa jadi pertimbangan kalian juga untuk mulai mengoleksi. Cekidot! 1.      KUALITAS SUARA Piringan hitam memberikan kualitas suara yang lebih detail dan alami karena proses rekamannya yang dilakukan secara analog. Alat musik yang direkam secara analog akan terdengar lebih alami karena telinga kita bekerja secara analog pula. Vinyl merekam gelombang. tidak dengan CD atau format digital (MP3) yang hanya merekam data digital berupa angka 0 dan 1. Pada piringan hitam tidak terjadi kompresi frekuensi gelombang sehingga apa yang direkam adalah apa yang akan kita dengar.   2.      COLLECTIBLE (LAYAK DIKOLEKSI) Setiap barang yang collectible pasti punya nilai ekonomi yang tinggi. Meski pun rekaman-rekaman musik terbaru juga masih dirilis dalam bentuk piringan hitam, rekaman zaman dulu lah yang paling diburu orang. Rekaman zaman dulu biasanya merupakan barang bekas yang langka. Harganya pun bisa mencapai jutaan rupiah jika kondisinya masih bagus.   3.      NILAI SENI Selain kualitas suaranya, desain jaket (cover) dari rekaman vinyl juga sangat unik. Tak jarang orang membeli  hanya karena desain covernya yang estetik. Jika koleksi di rumah sudah banyak, akan sangat cocok dijadikan dekorasi ruangan. Coba deh kalian tata sedemikan rupa di dinding rumah, dijamin akan sangat keren, lho!   4.      DUKUNGAN TERHADAP INDUSTRI MUSIK Adanya internet dan populernya platform streaming musik digital ternyata tak serta merta memberikan keuntungan bagi musisi dari segi finansial. Masih ada beberapa klausul dalam sistem streaming musik yang harus diperbaiki. Banyak diakui musisi bahwa penjualan album fisik masih jauh lebih menuntungkan dari sisi bisnis ketimbang yang didapat dari platform digital. Membeli karya fisik musisi terutama yang lokal merupakan bentuk apresiasi yang sepatutnya kita berikan. Dengan begitu, industri musik akan tetap hidup dan terus berkembang.   5.      KENANGAN Piringan hitam adalah salah satu medium rekaman musik tertua oleh karena itu ia mewakili masa lalu.  Sewajarnya, manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kenangan. Masa kecil yang indah ditemani musik-musik yang keren dari piringan hitam adalah kenangan yang tak terlupakan. Ditambah, saat ini sudah banyak studi mengenai musik yang diterapkan sebagai terapi kognitif dan memori. Scientific proven!     Sumber: bombastis.com dan diolah dari berbagai sumber lain Penulis & desainer: Umbara Purwacaraka – Pustakawan Ahli Muda, Perpusnas RI

Penulis : Umbara Purwacaraka ()
Editor : Rizki Bustomi ()
SWOT dalam Pengelolaan Perpustakaan dengan Koleksi Digital atau Tercetak

SWOT Analysis adalah metode analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari suatu perusahaan atau proyek. Ini digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dan memberikan gambaran umum tentang kondisi saat ini dan potensi masa depan perusahaan. Lebih dari itu, analisis SWOT juga dapat diterapkan untuk menganalisis institusi non-komersial seperti lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan tinggi, atau organisasi non-pemerintah, termasuk juga perpustakaan.Perpustakaan telah menjadi pionir dalam memberikan akses informasi selama berabad-abad. Dengan munculnya teknologi digital, perpustakaan dipaksa untuk menyesuaikan strategi pengelolaan koleksi mereka untuk mencakup koleksi digital. Dalam esai ini, saya akan melakukan analisis SWOT untuk membandingkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari pengelolaan koleksi perpustakaan buku cetak dengan pengelolaan koleksi perpustakaan yang sepenuhnya digital. KekuatanKekuatan dari pengelolaan koleksi perpustakaan buku cetak terletak pada sifat fisiknya. Buku cetak adalah benda yang dapat diraba dan menyediakan rasa nyaman dan kesan familiar bagi pengunjung. Buku cetak juga mudah diakses karena disimpan di rak dan dapat dengan cepat ditemukan menggunakan Sistem Dewey Desimal Classification atau metode katalog lainnya. Selain itu, buku cetak relatif murah untuk diperoleh dan dipertahankan, sehingga mudah diakses. Bagi orang yang menyukai design interior yang terlihat smart dan juga colourful, buku beserta raknya juga dapat menjadi bagian dari interior design suatu bangunan rumah ataupun restoran.Sebaliknya, kekuatan dari pengelolaan koleksi perpustakaan dengan koleksi digital sepenuhnya terletak pada fleksibilitasnya. Koleksi digital mudah diakses dari mana saja dan dapat diakses oleh beberapa pengunjung sekaligus. Koleksi digital juga memerlukan ruang fisik yang lebih sedikit, sehingga perpustakaan dapat menambah koleksi tanpa memerlukan ruang yang lebih besar. Selain itu, koleksi digital lebih ramah lingkungan karena tidak memerlukan penggunaan kertas atau tinta. Di era digital ini, koleksi digital juga dapat disimpan pada storage komputer ataupun teknologi internet cloud yang memungkinkan perpustakaan menyimpan dan mengakuisisi ribuan bahkan jutaan koleksi digital.KekuranganKekurangan dari manajemen koleksi perpustakaan buku cetak adalah keterbatasan fisiknya. Buku cetak sangat rapuh dan mudah rusak, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal. Buku cetak juga sulit untuk diangkut dan mungkin tidak dapat diakses oleh pelanggan yang tidak dapat datang ke perpustakaan. Selain itu, buku cetak membutuhkan ruang simpan yang besar dengan standar suhu tertentu dalam rangka pemeliharaannya untuk jangka panjang.Di sisi lain, kelemahan manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital adalah ketergantungan pada teknologi. Koleksi digital memerlukan koneksi internet yang andal dan perangkat yang kompatibel untuk diakses. Selain itu, koleksi digital dapat rentan terhadap hacking dan kehilangan data, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal. Pada kasus tertentu, koleksi digital mungkin lebih mahal untuk diperoleh dan dipelihara, yang dapat membuatnya tidak dapat diakses oleh beberapa perpustakaan. Kerentanan lainnya pada koleksi digital, terletak pada kemungkinan virus dan malware yang bisa mencoba masuk kedalam komputer atau server yang menyimpan koleksi digital tersebut. PeluangPeluang untuk manajemen koleksi perpustakaan buku cetak ada pada potensi pelanggan untuk menemukan buku baru melalui kunjungan yang bersifat rekreasi dimana penelusuran buku di rak dan kunjungan ke perpustakaan dianggap sebagai suatu hiburan dalam satu paket. Buku cetak juga dapat ditampilkan dengan cara yang menarik secara fisik-visual, yang dapat menarik pelanggan dan mendorong mereka untuk mengeksplorasi judul baru. Selain itu, perpustakaan dapat menyelenggarakan pameran koleksi dalam rangka mempromosikan penggunaan buku cetak. Bahkan pada, beberapa jenis buku, seperti pada buku anak, kreasi terhadap perwujudan buku seperti pada pop-up-book membuat anak-anak tertarik dengan interaksi dan pembelajaran yang akan didapatkannya dengan membaca buku.Jika berbicara untuk jangka panjang, koleksi buku tercetak memiliki sumber sejarah dan informasi arkeologi dimana ilmuwan menilai aspek tahun terbitan buku dan seberapa tua usia suatu koleksi buku melalui pemeriksaan kertas yang dipakai. Di sisi lain, peluang untuk manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital ada pada kemampuan untuk memberikan akses ke beragam informasi. Koleksi digital dapat meliputi e-book, jurnal, dan sumber daya digital lainnya, yang dapat diakses oleh pelanggan dari mana saja. Selain itu, koleksi digital dapat memberikan akses ke materi informasi spesifik dengan kata kunci tertentu lebih cepat dan pengalaman membaca dengan interaksi terhadap teks yang lebih kaya dalam hal editing serta pendaya gunaannya dalam rangka kemas ulang informasi. Lebih dari itu, dalam hal teknologi Artificial Intellegence yang sedang berkembang, pendayagunaan informasi dari buku digital menjadi semakin meluas sebab AI dapat diberikan input informasi atau data dari koleksi buku yang dapat membuat teknologi AI membantu penyebaran keilmuan menjadi lebih mudah dan cepat. Sehingga, minat akademisi komputer dan teknologi informasi terhadap buku digital akan semakin meningkat dan populer dimasa mendatang.AncamanAncaman bagi manajemen koleksi perpustakaan buku cetak ada pada popularitas buku digital yang semakin meningkat. Semakin banyak orang yang beralih ke buku digital, perpustakaan mungkin kesulitan untuk mempertahankan ketertarikan masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Selain itu, perpustakaan mungkin menghadapi kendala anggaran yang membuat sulit untuk memperoleh dan mempertahankan buku cetaknya dalam rangka mempertahankan layanan koleksi cetak.Di sisi lain, ancaman bagi manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital sepenuhnya ada pada potensi internet dimana orang-orang tidak lagi mementingkan buku tercetak ataupun buku elektronik sebagai bahan referensi. Disisi lain,  Buku digital rentan terhadap pembajakan dan penyebaran karya kepada khalayak umum tanpa legalitas penyebaran koleksi. Hal ini marak terjadi, sebab ada banyak teknologi yang memungkinkan pelaku bisni buku ilegal melakukan penyalinan masal terhadap suatu koleksi buku digital. Selain itu, koleksi digital mungkin rentan terhadap hacking dan kehilangan data, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal pada kasus dan jenis koleksi digital tertentu.Kesimpulan Secara keseluruhan, esai ini telah menunjukkan bahwa perpustakaan telah berperan penting dalam memberikan akses informasi selama berabad-abad. Dengan hadirnya teknologi digital, perpustakaan dipaksa untuk menyesuaikan strategi manajemen koleksi mereka untuk mencakup koleksi digital. Analisis SWOT yang dilakukan dalam esai ini menunjukkan bahwa baik buku cetak maupun koleksi digital sepenuhnya memiliki kekuatan dan kelemahan yang unik, serta peluang dan ancaman. Namun, jelas bahwa koleksi digital semakin penting dalam masyarakat saat ini dan perpustakaan harus terus menyesuaikan diri untuk memenuhi kebutuhan yang berubah dari pengunjung mereka. Secara keseluruhan, sangat penting bagi perpustakaan untuk menemukan keseimbangan antara buku cetak dan koleksi digital agar dapat memberikan layanan terbaik kepada pengunjung dan tetap relevan di era digital.