Pengumuman

Kegiatan Pemantauan Tahun 2023 terhadap Pelaksana Serah
Penulis : Atika Indana Zulfa ()
Editor : Gibran Bima Ghafara ()
Pengumuman Pemilihan Buku (Pustaka) Terbaik 2023
Penulis : Dinda Ayu Sumanti ()
Editor : Suci Indrawati Irwan ()
Frequently Asked Questions (FAQ) Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan
Penulis : Farid Nur Fadillah ()
Editor : Admin ()

Statistik Data

Penerimaan KCKR

Tahun Karya Cetak Karya Rekam Analog Karya Rekam Digital

Karya Cetak

Kategori Total

Karya Rekam Analog

Kategori Total

Karya Rekam Digital

Kategori Total

Berita Terkini

Perpusnas Terima Kunjungan Kerja DPRD Kota Pekalongan

Salemba, Jakarta - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang diwakili oleh Direktur Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan, Emyati Tangke Lembang, menerima kunjungan kerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pekalongan pada Senin (19/02/2024) di ruang rapat lantai 8, gedung E.  Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Pimpinan DPRD Kab. Pekalongan, Hj. Hindun, dan 3 (tiga) Wakil Pimpinan, Sumar Rosul, H. Mirza Kholik, Catur Adriansah, serta 2 (dua) orang tim sekretariat.Ketua Pimpinan sekaligus Ketua tim kunjungan kerja, Hindun, menyampaikan bahwa agenda kunjungan kerja kali ini untuk berkonsultasi mengenai pengembangan bahan pustaka dan jasa informasi, khususnya berkaitan dengan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menarik minat masyarakat agar memaksimalkan pemanfaatan layanan perpustakaan yang tersedia di kabupaten Pekalongan. “Alhamdulillah, pada tahun 2023, kami mendapatkan bantuan dari Perpusnas untuk rehab bangunan perpustakaan lama. Dan sudah diresmikan juga pada tahun yang sama”, jelas Hindun.Hadir mendampingi Direktur, Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Koleksi Hasil Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (Deposit), Tatat Kurniawati, Ketua Kelompok Kerja Pengembangan Koleksi Perpustakaan, Muhamad Idris Marbawi, dan Ketua Subkelompok Kerja Pengembangan Koleksi Terekam, Ramadhani Mubaraq.Pada kesempatan tersebut, Lembang menjelaskan bahwa pada tahun 2024, Perpusnas melalui penajaman programnya yang digagas oleh Plt. Kepala Perpusnas telah menetapkan program dalam rangka penguatan budaya baca dan literasi untuk menyalurkan 1.000 judul buku dengan target 10.000 perpustakaan desa.Menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh salah satu wakil DPRD perihal proses seleksi dan verifikasi bahan perpustakaan dalam rangka mendapatkan bahan bacaan bermutu, Kurniawati menjelaskan bahwa Perpusnas sebagai perpustakaan yang menjalankan fungsi sebagai perpustakaan deposit menghimpun semua koleksi hasil karya anak bangsa. “Kami, Perpusnas, menghimpun semua koleksi, baik tercetak maupun terekam. Namun, jika ada karya yang berpotensi mengancam stabilitas nasional, akan dibatasi pendayagunaannya”, lanjutnya.Lebih lanjut, Marbawi, menyoroti tentang keluhan dan hambatan yang dialami oleh pustakawan di daerah terutama dalam pengadaan bahan perpustakaan dikarenakan adanya pembatasan pada harga satuan dalam dokumen perencanaan. Untuk itu, ia mendorong agar pimpinan DPRD Kabupaten Pekalongan dapat bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Pekalongan untuk menerbitkan Peraturan Bupati untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga diharapkan dapat menjadi stimulus untuk pengadaan bahan perpustakaan yang berkualitas.  Reportase: Muhamad Idris MarbawiFotografer: Ramadhani Mubaraq

Penulis : Muhamad Idris Marbawi, S.S., M.Hum. ()
Editor : Muhamad Idris Marbawi, S.S., M.Hum. ()
Forum Diskusi Dalam Rangka Koordinasi Pelestarian Karya Rekam Audio

Dalam rangka meningkatkan penghimpunan dan pelestarian Karya Cetak dan Karya Rekam (KCKR), Perpustakaan Nasional melalui Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan melaksanakan forum diskusi bersama stakeholder. Kegiatan yang dilaksanakan pada Selasa (10/10/2023) ini dihadiri oleh perwakilan dari Asiosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI), Yayasan Irama Nusantara, Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI), Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI), Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI), serta Komunitas Distorsi.Forum diskusi yang bertempat di Ruang Rapat Lantai 4 Perpustakaan Nasional jalan Medan Merdeka Selatan ini membahas mengenai koordinasi pelestarian karya rekam audio sebagai bentuk implementasi UU Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dengan dua narasumber yaitu Maria Christina Putri dari ASIRI dan juga Windi Prahadya Utama dari Yayasan Irama Nusantara. Dalam sambutannya, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi menyampaikan bahwa adanya fungsi dan nilai baik dari banyaknya ragam musik di Indonesia, menciptakan sebuah urgensi untuk melestarikannya. Dimana salah satu caranya adalah melalui praktik serah simpan Karya Cetak dan Karya Rekam.Selanjutnya, Direktur Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan dalam paparannya menjelaskan bahwa tujuan dari pelaksanaan SS KCKR adlaah untuk mewujudkan koleksi nasional dan juga melestarikannya sebagai hasil budaya bangsa serta menyelamatkan karya cetak dan karya rekam dari ancaman bahaya. Maria Christina Putri dari ASIRI menjelaskan dalam paparannya bahwa sejak tahun 2018, ASIRI dan Perpustakaan Nasional telah bekerjasama mengembangkan platform untuk pengajuan International Standard Recording Code (ISRC) secara online dimana saat ini sudah ada lebihd ari 14.000 karya yang telah disimpankan di Perpustakaan Nasional. Sementara itu, Windi Prahadya Utama dalam paparannya menjelaskan bahwa Irama Nusantara adalah sebuah yayasan nonprofit yang bergerak di bidang pelestarian dan pemanfaatan arsip musik populer Indonesia yang didirikan pada tahun 2013Lebih lanjut, Windi menyebutkan bahwa untuk jaminan kemanan karya, Irama Nusantara menggunakan login data pengunjung (buku tamu), penurunan kualitas tampilan pustaka audio & visual serta tidak menyediakan fitur mengunduh. Dalam kegiatan ini, dihasilkan beberapa rekomendasi yang salah satunya adalah akan dilaksanakan sosialisasi bagi para pencipta lagu,  sosialisasi mengenai pemberian nomor ISRC dan ISMN serta sosialisasi pelestarian karya rekam. 

Penulis : Fajar Dian Utami ()
Editor : Rizki Bustomi ()
Sosialisasi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2021 di Provinsi Sumatera Utara

Medan – Perpustakaan Nasional melalui Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2021 yang dilaksanakan selama dua hari pada Rabu - Kamis (4-5/10/2023).Kegiatan hari pertama, Rabu (04/10/2023) yang bertempat di Aryaduta Hotel Medan dihadiri oleh perwakilan penerbit, produsen karya rekam dan Organisasi Perangkat Daerah setempat serta pegawai Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 60 orang. Acara diawali dengan sambutan Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Mariana Ginting, lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara yang diwakili oleh Alfian Hutauruk selaku Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara serta paparan narasumber.  Dalam sambutannya, Mariana Ginting menyebutkan bahwa Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 mempunyai isi lebih lengkap dan komprehensif daripada undang-undang sebelumnya, khususnya dalam mengakomodir kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta memberi peluang lebih banyak bagi para wajib serah untuk berpartisipasi dalam penghimpunan hasil budaya bangsa yang berupa karya cetak dan karya rekam“Di Provinsi Sumatera Utara dalam rentang waktu 2018 sampai dengan 2022 ada 281 penerbit karya cetak dan penerbit karya rekam digital aktif yang telah melaksanakan serah simpan UU Nomor 13 tahun 2018, dengan jumlah penerimaan sebanyak 7.258 judul dan 13.957 eks”.Selanjutnya, Alfian Hutauruk dalam sambutannya menyebutkan bahwa Deposit adalah salah satu layanan yang ada di Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara yang layanannya bersifat tertutup. Seluruh koleksi deposit adalah koleksi/informasi yang perlu dijaga dan dilestarikan, maka koleksi/informasi deposit tidak dapat dipinjamkan kepada pemustaka.“Provinsi Sumatera Utara mempunyai banyak pengarang, penerbit, perguruan tinggi namun yang menyerahkan hasil karya atau terbitannya masih kurang, kesadaran masyarakat, penerbit maupun instansi belum memuaskan, karena itulah Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara berterima kasih kepada kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan diadakannya Sosialisasi UU Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2021.”Dilanjutkan dengan paparan dari Emyati Tangke Lembang dengan materi mengenai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2021 serta Siti Khoiriyah Uswah dengan materi e-deposit yang dimoderatori oleh Wardijah, Pustakawan Ahli Madya dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Utara.Pada hari kedua, Kamis (05/10/2023) dilaksanakan koordinasi pengelolaan koleksi SS KCKR bersama pustakawan dan pengelola koleksi serah simpan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara. Dalam kegiatan ini, Tatat Kurniawati memaparkan mengenai teknis pengelolaan koleksi serah simpan berdasarkan Standar Pengelolaan Koleksi Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam yang dilanjutkan dengan diskusi mengenai pengelolaan koleksi Deposit di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Utara.

Penulis : Maria Nurmalasari ()
Editor : Rizki Bustomi ()

Artikel dan Opini

Lima Alasan Piringan Hitam Kembali Diminati

Sejak tahun 2020, Perpustakaan Nasional kembali mengoleksi bahan perpustakaan audio visual dalam format piringan hitam (vinyl). Belakangan ini pula piringan hitam kembali populer di kalangan kolektor rilisan fisik. Toko yang menjual vinyl di berbagai kota besar pun kembali bergairah. Dengan harga yang cukup mahal dan ukuran yang bikin ribet dibawa ke mana-mana ternyata ga mengurangi antusias music lovers lho! Kira-kira apa saja sich yang membuat format musik ini kembali populer? Saya coba merangkum beberapa alasan yang bisa kalian ketahui. Mungkin bisa jadi pertimbangan kalian juga untuk mulai mengoleksi. Cekidot! 1.      KUALITAS SUARA Piringan hitam memberikan kualitas suara yang lebih detail dan alami karena proses rekamannya yang dilakukan secara analog. Alat musik yang direkam secara analog akan terdengar lebih alami karena telinga kita bekerja secara analog pula. Vinyl merekam gelombang. tidak dengan CD atau format digital (MP3) yang hanya merekam data digital berupa angka 0 dan 1. Pada piringan hitam tidak terjadi kompresi frekuensi gelombang sehingga apa yang direkam adalah apa yang akan kita dengar.   2.      COLLECTIBLE (LAYAK DIKOLEKSI) Setiap barang yang collectible pasti punya nilai ekonomi yang tinggi. Meski pun rekaman-rekaman musik terbaru juga masih dirilis dalam bentuk piringan hitam, rekaman zaman dulu lah yang paling diburu orang. Rekaman zaman dulu biasanya merupakan barang bekas yang langka. Harganya pun bisa mencapai jutaan rupiah jika kondisinya masih bagus.   3.      NILAI SENI Selain kualitas suaranya, desain jaket (cover) dari rekaman vinyl juga sangat unik. Tak jarang orang membeli  hanya karena desain covernya yang estetik. Jika koleksi di rumah sudah banyak, akan sangat cocok dijadikan dekorasi ruangan. Coba deh kalian tata sedemikan rupa di dinding rumah, dijamin akan sangat keren, lho!   4.      DUKUNGAN TERHADAP INDUSTRI MUSIK Adanya internet dan populernya platform streaming musik digital ternyata tak serta merta memberikan keuntungan bagi musisi dari segi finansial. Masih ada beberapa klausul dalam sistem streaming musik yang harus diperbaiki. Banyak diakui musisi bahwa penjualan album fisik masih jauh lebih menuntungkan dari sisi bisnis ketimbang yang didapat dari platform digital. Membeli karya fisik musisi terutama yang lokal merupakan bentuk apresiasi yang sepatutnya kita berikan. Dengan begitu, industri musik akan tetap hidup dan terus berkembang.   5.      KENANGAN Piringan hitam adalah salah satu medium rekaman musik tertua oleh karena itu ia mewakili masa lalu.  Sewajarnya, manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kenangan. Masa kecil yang indah ditemani musik-musik yang keren dari piringan hitam adalah kenangan yang tak terlupakan. Ditambah, saat ini sudah banyak studi mengenai musik yang diterapkan sebagai terapi kognitif dan memori. Scientific proven!     Sumber: bombastis.com dan diolah dari berbagai sumber lain Penulis & desainer: Umbara Purwacaraka – Pustakawan Ahli Muda, Perpusnas RI

Penulis : Umbara Purwacaraka, S.Ikom. ()
Editor : Rizki Bustomi ()
SWOT dalam Pengelolaan Perpustakaan dengan Koleksi Digital atau Tercetak

SWOT Analysis adalah metode analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari suatu perusahaan atau proyek. Ini digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dan memberikan gambaran umum tentang kondisi saat ini dan potensi masa depan perusahaan. Lebih dari itu, analisis SWOT juga dapat diterapkan untuk menganalisis institusi non-komersial seperti lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan tinggi, atau organisasi non-pemerintah, termasuk juga perpustakaan.Perpustakaan telah menjadi pionir dalam memberikan akses informasi selama berabad-abad. Dengan munculnya teknologi digital, perpustakaan dipaksa untuk menyesuaikan strategi pengelolaan koleksi mereka untuk mencakup koleksi digital. Dalam esai ini, saya akan melakukan analisis SWOT untuk membandingkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari pengelolaan koleksi perpustakaan buku cetak dengan pengelolaan koleksi perpustakaan yang sepenuhnya digital. KekuatanKekuatan dari pengelolaan koleksi perpustakaan buku cetak terletak pada sifat fisiknya. Buku cetak adalah benda yang dapat diraba dan menyediakan rasa nyaman dan kesan familiar bagi pengunjung. Buku cetak juga mudah diakses karena disimpan di rak dan dapat dengan cepat ditemukan menggunakan Sistem Dewey Desimal Classification atau metode katalog lainnya. Selain itu, buku cetak relatif murah untuk diperoleh dan dipertahankan, sehingga mudah diakses. Bagi orang yang menyukai design interior yang terlihat smart dan juga colourful, buku beserta raknya juga dapat menjadi bagian dari interior design suatu bangunan rumah ataupun restoran.Sebaliknya, kekuatan dari pengelolaan koleksi perpustakaan dengan koleksi digital sepenuhnya terletak pada fleksibilitasnya. Koleksi digital mudah diakses dari mana saja dan dapat diakses oleh beberapa pengunjung sekaligus. Koleksi digital juga memerlukan ruang fisik yang lebih sedikit, sehingga perpustakaan dapat menambah koleksi tanpa memerlukan ruang yang lebih besar. Selain itu, koleksi digital lebih ramah lingkungan karena tidak memerlukan penggunaan kertas atau tinta. Di era digital ini, koleksi digital juga dapat disimpan pada storage komputer ataupun teknologi internet cloud yang memungkinkan perpustakaan menyimpan dan mengakuisisi ribuan bahkan jutaan koleksi digital.KekuranganKekurangan dari manajemen koleksi perpustakaan buku cetak adalah keterbatasan fisiknya. Buku cetak sangat rapuh dan mudah rusak, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal. Buku cetak juga sulit untuk diangkut dan mungkin tidak dapat diakses oleh pelanggan yang tidak dapat datang ke perpustakaan. Selain itu, buku cetak membutuhkan ruang simpan yang besar dengan standar suhu tertentu dalam rangka pemeliharaannya untuk jangka panjang.Di sisi lain, kelemahan manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital adalah ketergantungan pada teknologi. Koleksi digital memerlukan koneksi internet yang andal dan perangkat yang kompatibel untuk diakses. Selain itu, koleksi digital dapat rentan terhadap hacking dan kehilangan data, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal. Pada kasus tertentu, koleksi digital mungkin lebih mahal untuk diperoleh dan dipelihara, yang dapat membuatnya tidak dapat diakses oleh beberapa perpustakaan. Kerentanan lainnya pada koleksi digital, terletak pada kemungkinan virus dan malware yang bisa mencoba masuk kedalam komputer atau server yang menyimpan koleksi digital tersebut. PeluangPeluang untuk manajemen koleksi perpustakaan buku cetak ada pada potensi pelanggan untuk menemukan buku baru melalui kunjungan yang bersifat rekreasi dimana penelusuran buku di rak dan kunjungan ke perpustakaan dianggap sebagai suatu hiburan dalam satu paket. Buku cetak juga dapat ditampilkan dengan cara yang menarik secara fisik-visual, yang dapat menarik pelanggan dan mendorong mereka untuk mengeksplorasi judul baru. Selain itu, perpustakaan dapat menyelenggarakan pameran koleksi dalam rangka mempromosikan penggunaan buku cetak. Bahkan pada, beberapa jenis buku, seperti pada buku anak, kreasi terhadap perwujudan buku seperti pada pop-up-book membuat anak-anak tertarik dengan interaksi dan pembelajaran yang akan didapatkannya dengan membaca buku.Jika berbicara untuk jangka panjang, koleksi buku tercetak memiliki sumber sejarah dan informasi arkeologi dimana ilmuwan menilai aspek tahun terbitan buku dan seberapa tua usia suatu koleksi buku melalui pemeriksaan kertas yang dipakai. Di sisi lain, peluang untuk manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital ada pada kemampuan untuk memberikan akses ke beragam informasi. Koleksi digital dapat meliputi e-book, jurnal, dan sumber daya digital lainnya, yang dapat diakses oleh pelanggan dari mana saja. Selain itu, koleksi digital dapat memberikan akses ke materi informasi spesifik dengan kata kunci tertentu lebih cepat dan pengalaman membaca dengan interaksi terhadap teks yang lebih kaya dalam hal editing serta pendaya gunaannya dalam rangka kemas ulang informasi. Lebih dari itu, dalam hal teknologi Artificial Intellegence yang sedang berkembang, pendayagunaan informasi dari buku digital menjadi semakin meluas sebab AI dapat diberikan input informasi atau data dari koleksi buku yang dapat membuat teknologi AI membantu penyebaran keilmuan menjadi lebih mudah dan cepat. Sehingga, minat akademisi komputer dan teknologi informasi terhadap buku digital akan semakin meningkat dan populer dimasa mendatang.AncamanAncaman bagi manajemen koleksi perpustakaan buku cetak ada pada popularitas buku digital yang semakin meningkat. Semakin banyak orang yang beralih ke buku digital, perpustakaan mungkin kesulitan untuk mempertahankan ketertarikan masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Selain itu, perpustakaan mungkin menghadapi kendala anggaran yang membuat sulit untuk memperoleh dan mempertahankan buku cetaknya dalam rangka mempertahankan layanan koleksi cetak.Di sisi lain, ancaman bagi manajemen koleksi perpustakaan dengan koleksi digital sepenuhnya ada pada potensi internet dimana orang-orang tidak lagi mementingkan buku tercetak ataupun buku elektronik sebagai bahan referensi. Disisi lain,  Buku digital rentan terhadap pembajakan dan penyebaran karya kepada khalayak umum tanpa legalitas penyebaran koleksi. Hal ini marak terjadi, sebab ada banyak teknologi yang memungkinkan pelaku bisni buku ilegal melakukan penyalinan masal terhadap suatu koleksi buku digital. Selain itu, koleksi digital mungkin rentan terhadap hacking dan kehilangan data, yang dapat menyebabkan perbaikan atau penggantian yang mahal pada kasus dan jenis koleksi digital tertentu.Kesimpulan Secara keseluruhan, esai ini telah menunjukkan bahwa perpustakaan telah berperan penting dalam memberikan akses informasi selama berabad-abad. Dengan hadirnya teknologi digital, perpustakaan dipaksa untuk menyesuaikan strategi manajemen koleksi mereka untuk mencakup koleksi digital. Analisis SWOT yang dilakukan dalam esai ini menunjukkan bahwa baik buku cetak maupun koleksi digital sepenuhnya memiliki kekuatan dan kelemahan yang unik, serta peluang dan ancaman. Namun, jelas bahwa koleksi digital semakin penting dalam masyarakat saat ini dan perpustakaan harus terus menyesuaikan diri untuk memenuhi kebutuhan yang berubah dari pengunjung mereka. Secara keseluruhan, sangat penting bagi perpustakaan untuk menemukan keseimbangan antara buku cetak dan koleksi digital agar dapat memberikan layanan terbaik kepada pengunjung dan tetap relevan di era digital.